[MINI STORY] KAIN PUTIH



"Apakah kalian sudah memeriksa semua kain putih yang ada di asrama ini?" Seorang wanita tengah baya memberikan arahan kepada beberapa pria yang ada di depannya. Sekitar 5 pria muda berumur 25 - 30 tahunan berdiri berbaris di depannya. 

"Sudah, bu." Jawab mereka serempak.

"Benar-benar sudah kalian pastikan tidak ada lagi kain berwarna putih di semua kamar? Jangan sampai saya temukan masih ada kain putih di kamar mereka."

Entah mengapa kain putih menjadi momok di asrama ini. Setahuku dari beberapa cerita alumni, kain putih itu membawa petaka. Kalian tahu kain kafan? Ya, kain itu berwarna putih dan Ibu Kepala Asrama percaya bahwa kain putih akan membawa petaka, akan ada yang mati di asramanya. Sehingga tidak ada satupun kain putih yang boleh ada di asrama tersebut. 

Semalam, tepat semalam seorang dari kami, Layla, menghilang dan tidak ditemukan keberadaannya. Dirinya menghilang selepas kami melakukan permainan petak umpet. Permainan petak umpet selalu dilaksanakan setiap awal semester baru di asrama ini. Sudah bagaikan sebuah tradisi turun temurun. Pemenang adalah seseorang yang paling akhir di temukan keberadaannya. Pemenang akan mendapatkan previllege selama satu semester dan dapat memerintah sesuka hati. Layla mengatakan dirinya sangat ingin menjadi pemenang di semester ini dan memaksaku untuk memberitahukan tempat aku bersembunyi sehingga sulit ditemukan. 

Namun hingga pagi dirinya tidak juga muncul. Pencari sudah lelah, menyerah, dan telah meneriaki dirinya untuk keluar. Tidak terlihat tanda - tanda Layla akan menyerah yang membuat semua penghuni khawatir, mencari kesana sini. Sehinngga pagi ini Ibu Kost mengerahkan semua penjaga untuk mencari keberadaan dirinya di asrama. Dan merasa bahwa ini merupakan salah satu malapetaka yang disebabkan oleh kain putih. 

Aku menatap mereka dari kejauhan, kemudian menatap ke dalam kamarku yang telah porak poranda akibat para penjaga yang menggeledah kamarku. Ku tutup pintu kamarku, terlihat sebuah kain mencuat dari belakang lemariku yang terlihat basah dan berbau anyir. 

"Untung saja kainku telah berubah warna" ucapku berbisik dengan tawa seringai. "Aku kembali menjadi pemenang."

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ceritanya bikin merinding kak, apalagi bagian kain putih yang warnanya udah nggak putih lagi. Kalau begitu tokoh Aku sudah sering menang ya kak, sampe-sampe Layla mau tau cara menang dari si Aku? Tapi miris banget Layla malah jadi korban tokoh utamanya. Keren kak, alur ceritanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. you got the point, makasih udah mampir buat baca :)

      Hapus