[OPINI] Home Schooling atau Public Schooling

Sekolah adalah sarana yang penting bagi anak-anak untuk menambah pengetahuan dan mengembangkan keahlian yang ada di dalam diri mereka agar dapat hidup bermasyarakat. Tetapi sekolah seperti apa yang baik bagi anak kita? Apakah sekolah publik lebih baik? ataukah home schooling?

Melihat keadaan dan situasi jaman sekarang, mungkin banyak ibu - ibu yang khawatir jika anaknya bersekolah di sekolah publik.
"Saya takut anak saya di bully, Mbak."
"Saya takut anak saya diculik orang tidak di kenal, Mbak."
"Saya takut anak saya dipukul gurunya, Mbak."
"Saya takut anak saya diganggu pedofil, Mbak."
 Banyak ketakutan yang dialami oleh para orang tua dengan meningkatnya pemberitaan di media mengenai masalah - masalah yang dihadapi oleh para anak. Bahkan ada yang sampai meninggal dunia, terluka, stress. Belum lagi pergaulan masa kini yang terbilang sudah tidak terkendali.

Jadi apa yang harus dilakukan oleh para orang tua?
 Homeschooling dapat menjadi salah satu alternatif bagi para orang tua untuk pendidikan anak-anaknya. Tetapi perlu tidaknya juga kembali ke bunda yang lebih mengerti kondisi anak mereka.

Sebelumnya mari kita bahas terlebih dahulu terkait dengan home schooling dan home education. Home schooling dikenal juga dengan home education adalah pemberian pendidikan di dalam rumah.Ada juga yang mengartikan home education sebagai  segala upaya pembelajaran yang dilakukan oleh keluarga baik yang menitipkan anaknya ke sekolah atau pun yang mengambil peranan dan tanggung jawab penuh atas terselenggaranya proses pendidikannya dalam keluarga di rumah. 
 Sedangkan home schooling (HS) adalah tahap selanjutnya dimana pendidikan sepenuhnya dilakukan di rumah namun dengan materi atau kurikulum yang disesuaikan.

Dengan melakukan HS ada beberapa kelebihan dimana kita dapat memantau secara langsung perkembangan dan lingkungan anak kita. HS adalah pendidikan berbasis keluarga. Namun bukan memindahkan sekolah ke rumah, melainkan berbasis keseharian keluarga. Pola interaksi HS informal, personalize education, dan setiap keluaga adalah unik.

Melalui HS kita dapat mengembangkan potensi diri anak secara maksimal, karena kurikulum yang dapat disesuaikan dengan keahlian dan kemampuan dari anak itu sendiri. Tidak seperti sekolah publik yang diwajibkan untuk dapat memahami dan expert pada setiap mata pelajaran. Dengan HS kita dapat fokus dengan kelebihan dari anak kita. Dengan intensnya interaksi anak dengan orang tua juga meningkatkan kedekatan emosional keduanya. Sehingga rasa menyayangi akan tumbuh dengan baik.

Hal yang pasti para bunda pikirkan kemudian adalah bagaimana ijasah anak saya? 
Kita tidak dapat menutup mata dimana masyarakat kita masih berfikir bahwa ijasah adalah sesuatu yang penting, tetapi ada yang terlupa bahwa memiliki ijasah bukan berarti menjamin kebahagiaan anak kita kelak. Banyak para sarjana yang akhirnya bekerja tidak sesuai dengan keahliannya bahkan malah menganggur. Atau banyak sarjana yang memiliki keahlian yang biasa-biasa saja, karena tidak ada satu keahlian khusus yang dapat diandalkan. Atau ada anak yang kehilangan jati diri dan menganggap tidak ada kemampuan yang berbeda dengan yang lainnya.

Jangan khawatir. Untuk ijasah, anak kita dapat mengikuti ujian penyetaraan dimana ijasah tersebut telah diakui. Tapi jangan fokus hanya mengejar ijasah. Yang utama adalah anak kita dapat tumbuh dengan bahagia, dan dapat menemukan jati dirinya serta dapat bersaing di masyarakat.

Saya ibu bekerja dan tidak punya pengalaman melakukan pengajaran.
Setiap hidup adalah pilihan dan setiap pilihan terdapat risiko di dalamnya. Sulit bagi seorang ibu bekerja untuk melaksanakan HS. Salah satu yang dapat dilakukan adalah berhenti bekerja dan total menjadi guru dan ibu bagi anak kita. Kita dapat mencari pendapatan lain yang mungkin dapat dilakukan dengan bekerja di rumah. Misalnya menjadi pengusaha, atau lainnya. tapi tidak dengan waktu kerja yang padat seperti kantoran.
HS dapat dipelajari. kita jangan malas untuk mencari tahu bagaimana HS dan pelaksanaannya. Banyak sekarang buku - buku yang membahas mengenai HS dan tumbuh kembang anak. salah satu buku yang disarankan adalah Apa itu Homeschooling? oleh Aar Sumardiono atau Sekolah itu candu. Selain itu pula dapat bergabung dengan Komunitas Based Education (KBE).

Bunda juga harus kreatif, yang paling penting bicarakan dulu dengan sang ayah. Perlu adanya persamaan perlakukan dan persepsi untuk pendidikan anak. Sehingga anak tidak mengalami kebingungan dan dapat berkembang dengan optimal. Sebagai contoh: ibu melarang anak makan coklat, maka ayah juga harus bersikap sama. Bukan malah jika tak ada ibunya akhirnya membuat pengecualian dengan bilang "ya dah sekali-sekali gak papa." karena hal ini dapat membuat anak menjadi bingung.

Setiap manusia itu berbeda. Setiap anak itu unik. Maka kembangkanlah mereka sesuai dengan keunikan tersebut. 

Jangan mengajarkan burung untuk berenang atau ikan untuk terbang. Karena tidak akan pernah berhasil. 
Jika anak anda terdapat kekurangan, maka fokuslah pada kelebihannya. 

jika anak anda tidak pintar matematika, maka jangan marahi mereka. tapi lihatlah apa yang menjadi kelebihan mereka dan dukunglah mereka. 

Sekian dulu, salam. 
Jakarta, 28 September 2017 

Posting Komentar

0 Komentar