Kehilangan seseorang yang kita sayangi di waktu dan kondisi yang tidak terduga akan memberikan duka dan luka yang mendalam. Butuh waktu dan kesabaran untuk dapat melepaskan dan menerima kenyataan bahwa orang yang kita sayangi telah meninggalkan dunia ini. Dengan segala kenangan yang melekat pada memori dan semua rencana yang telah dirancang bersama, akan membuat proses pelepasan tersebut menjadi sulit. Dalam kepercayaan Tionghoa/Chinese, setelah proses pemakaman jenasah selesai dilakukan, akan dilakukan upacara – upacara peringatan. Upacara tersebut dilaksanakan 3 hari, malam 7 hari, 49 hari, 3 bulan, 100 hari, 1 tahun, hingga 3 tahun. Pada hari ke-7 dipercaya bahwa arwah tersebut akan kembali menengok keluarganya. Serta pada hari ke-100, bagi yang ditinggalkan menjadi hari akhir mereka diperbolehkan untuk menangis. Proses inilah yang digambarkan pada tokoh dalam film Zinnia Flower ini. Proses dimana para tokohnya mencoba menerima dan berdamai atas kehilangan yang dirasakan.
Kecelakaan yang menjadi penyebab utama |
Kecelakaan besar
terjadi di Taipei dan memakan banyak korban. Salah satunya adalah Travel agent
Zhang Yuwei (Shi Jinhang) kehilangan istrinya Chen Xiaowen (Ke Jiayan), seorang
guru piano yang sedang hamil besar, dan Lin Xinmin (Lin Jiaxin) kehilangan tunangannya
Li Renyou (Ma Zhixiang), seorang koki dan pernikahan mereka sudah di depan
mata. Saat itu Zhang Yuwei dan Lin Xinmin juga berada di dalam kecelakaan
tersebut. Melihat seorang yang disayanginya pergi di depan mata, memberikan
luka yang amat dalam.
Zhang Yuwei saat itu
sedang berpergian bersama dengan istrinya dan menjadi salah satu korban dalam
kecelakaan tersebut. Dirinya harus dihadapkan dalam pilihan apakah harus
menyelamatkan istrinya atau anak dalam kandungan istrinya. Wei memilih untuk
menyelamatkan istrinya. Namun, takdir berkata lain, tak ada satupun dari
keduanya yang dapat diselamatkan. Dengan kemarahannya Yuwei mendatangi kantor
polisi untuk menyampaikan laporan tentang supir truk yang menjadi penyebab
kecelakaan tersebut terjadi. Informasi tidak terduga didengarnya yaitu supir
truk tersebut telah meninggal. Dirinya pun berusaha mencari kontak dari
keluarga supir tersebut dan menghubunginya untuk menyampaikan kemarahannya.
Sepulangnya dari
kantor polisi, Wei disambut oleh keluarga istrinya yang telah berkumpul di
rumahnya. Mereka berkumpul untuk memutuskan metode pemakaman yang akan
digunakan istrinya. Perdebatan timbul karena istrinya beragama Kristen,
sedangkan keluarganya ingin dimakamkan dengan agama buddha. Wei hanya dapat
terdiam, karena perasaannya yang masih campur aduk. Hingga dirinya meluapkan
kemarahannya saat keponakannya memainkan piano milik istrinya.
Lin Xinmin kehilangan
kekasihnya dalam kecelakaan tersebut. Keluarga kekasihnya sejak awal tidak
terlalu merestui mereka. Sehingga Min sama sekali tidak diperkenankan untuk
melihat kekasihnya untuk terakhir kalinya. Min mencoba untuk mememdam
kesedihannya demi menghormati keluarga kekasihnya. Sesampainya Min ke rumah
bersama dengan adiknya, semua kenangan dirinya dan kekasihnya seketika kembali
ke ingatan. Undangan pernikahan yang telah dibuat dibiarkan saja di atas meja. Adiknya
membantu menghiburnya dengan membantu pekerjaan di rumahnya, mencoba untuk
mengajaknya berbincang. Hingga keluarga kekasihnya muncul di depan pintu untuk
mengambil barang – barang kekasihnya.
Prosesi upacara 7 hari pertama |
Upacara 7 hari pertama adalah ketika roh mencapai pintu pertama dari 7 pintu dan belum ingin meninggalkan dunia, mereka masih mencoba untuk melihat kembali kehidupannya. Wei dan Min bertemu pertama kali di kuil ketika mereka akan melakukan doa bersama dalam upacara 7 hari pertama setelah kematian. Kesulitan dirasakan keduanya karena belum terbiasanya membaca doa – doa yang berada di buku di hadapan mereka.
Pada malam ke tujuh
itu, Wei yang merasakan kesedihan dan kesepian setiap melihat barang – barang
di rumahnya memilih untuk keluar sejenak mencari udara. Dikeluarkannya nomor
dari supir truk yang di dapatnya di kantor polisi. Dengan perasaan amarah yang
dipendamnya, dirinya pun menelpon keluarga dari supir tersebut. Namun, yang
didengarnya hanyalah penjawab otomatis. Tidak berapa lama, seseorang mengangkat
telpon tersebut, terasa kesedihan yang sama dari keluarga supir truk tersebut
dimana mereka juga merasakan kehilangan. Wei hanya bisa terdiam dan menangis. Sedangkan Min, menolak untuk
ditemani oleh adiknya malam itu. Dirinya lebih memilih untuk sendiri di
rumahnya dan membereskan barang – barang mereka. Min menebarkan tepung putih di
pintu rumahnya, yang dipercaya keesokan paginya akan ada jejak kaki seandainya
roh kekasihnya kembali pulang.
Wei menangis setelah menelpon keluarga pelaku |
Upacara 7 hari yang
kelima (hari ke-35), roh telah mencapai gerbang kelima dan untuk menghindari
kesepian mereka akan berbaring bersama yang hidup. Min mendatangi ayahnya yang
berada di rumah sakit, untuk menyampaikan kabar mengenai kecelakaan yang
dialaminya dan kepergian kekasihnya. Namun, ayahnya yang sedang dalam keadaan
sakit tidak dapat memberikan respon atas hal yang diutarakan Min. Sedangkan Wei
melakukan doa bersama dengan teman – teman istrinya. Namun, doa bersama
tersebut tidak berjalan dengan baik malah menambahkan luka di hati Wei.
Upacara 7 hari yang
ketujuh (hari ke-49), roh telah meninggalkan dunia kehidupan. Takdir
mempertemukan kembali Min dan Wei di kuil, mereka akhirnya pertama kali berinteraksi
satu sama lain. Wei membelikan Min minuman di perjalanan menuju kuil. Sepulang
dari berdoa mereka melakukan percakapan mengenai siapa orang yang mereka
doakan. Mereka berjalan bersama dengan duka yang masih tersimpan di hatinya
masing – masing. Min mengatakan sesuatu kepada Wei yang membuat dirinya merubah
pandangannya.
“They say, the
ritual are to help the departed pass to the next world.
But it’s more like remanding us, they are really gone.
Giving us to let go.”
Wei dan Min berjalan bersama setelah upacara 7 hari ke 7 |
Bagaimana
perjalanan mereka untuk bisa berkompromi dengan rasa dukanya masing – masing
hingga hari ke-100 dimana tidak boleh lagi ada air mata yang dikeluarkan?
Meresapi makna dan
duka kehilangan sesungguhnya
Film ini terinspirasi
dari pengalaman pribadi dari Tom Lin, direktur film tersebut, yang kehilangan
istrinya Huang Ruoxun pada tahun 2012 dikarenakan sakit. Setiap orang memiliki
cara berdukanya masing – masing, karena kompleksitas dari perasaan manusia.
Film ini menurut saya berhasil untuk menyajikan perasaan duka tersebut dengan
baik. Membuat para penonton turut merasakan perasaan dari para pemerannya. Dari
sekian banyak bentuk duka, digambarkanlah dua bentuk perasaan melalui para
pemain utama tersebut.
Wei digambarkan
sebagai seseorang yang belum bisa menerima kepergian istrinya. Dirinya
diselimuti dengan kemarahan, terlebih lagi ketika mengetahui bahwa pengendara
yang menyebabkan kecelakaan itu juga meninggal. Sehingga dirinya tidak memiliki
seseorang yang dapat menjadi pelampiasannya, tidak ada yang dapat disalahkan
dan terlebih keluarganya yang juga mempeributkan bagaimana bentuk pemakaman
istrinya. Dirinya yang tengah berduka seakan tidak ada yang memperdulikannya.
Wei juga terlihat lebih menghindari perasaan dukanya, dengan menyingkirkan
semua benda yang dapat mengingatkannya pada istrinya termasuk piano istrinya.
Dirinya juga menghindari untuk beraktifitas dan tenggelam dalam
keterpurukannya. Wei mencari berbagai macam kegiatan untuk mengurangi rasa
bersalahnya.
Sedangkan Lin
digambarkan sebagai seseorang yang lebih tabah. Meski dirinya tidak dapat
melihat jasad kekasihnya karena tidak mendapatkan izin dari keluarga
kekasihnya. Lin terlihat lebih baik dalam menerima kepergian kekasihnya.
Meskipun dirinya tidak dapat menunjukkan perasaan duka tersebut dan lebih
memilih untuk mencoba berkompromi dengan perasaannya dengan menahan semuanya
sendiri. Dalam kesendiriannya Lin mencoba untuk menerima, membiarkan semuanya
seperti adanya. Semua kenangan dirinya dan kekasihnya dibiarkan mengalir begitu
saja dalam ingatan. Membuat kehilangan itu terasa begitu menyedihkan. Hingga
akhirnya dirinya mulai berdamai dengan perasaannya dan mencoba menerima
semuanya.
Min dan adik kekasihnya menangis bersama |
Dari kedua bentuk duka
tersebut, saya merasa bahwa Lin dalam hal ini lebih bisa menyentuh penonton
untuk merasakan kesedihan yang dialaminya. Meski tidak banyak dialog yang
ditunjukkan, tetapi melalui ekspresi, sikap, dan gesture yang ditunjukkan dapat
secara perlahan membangun koneksi perasaan antara penonton dan film tersebut.
Penonton secara tidak sadar akan merasakan setiap perasaan dari tokoh utama
dari awal, klimaks, hingga anti klimaks saat tokoh utama sudah mulai
melepaskan. Meskipun demikian, Wei juga berhasil menunjukkan dukanya dan
menyentuh perasaan penonton dengan cara yang berbeda.
Jangan terkecoh dengan gambar cover dari film ini. Jika berharap antar
tokoh utama terjalin suatu hubungan istimewa, kita tidak akan serta merta
menemukan hal tersebut. Film ini menitikberatkan bagaimana masing – masing
tokoh mengatasi duka mereka. Terdapat momen dimana keduanya bertemu di Kuil
saat berdoa, tetapi interaksi di antara keduanya tidak lebih dari sekadar
menyapa. Bahkan hingga akhir dari film ini pun diantara keduanya tidak terjalin
suatu hubungan istimewa.
Film ini masuk dalam
beberapa nominasi dibidang perfilman dan berhasil memenangkan beberapa penghargaan.
Penghargaan tersebut antara lain, Best film pada CinemAsia Film Festival tahun 2016,
Best Leading Actress pada Golden Horse Film Festival tahun 2015, Special
recommendation of Catholic Humanism Spirit Special Award pada Tallinn Black
Night Film Festival tahun 2015, dan Top Ten Film pada To Ten Chinese Film
Festival tahun 2016. Meskipun terdapat beberapa adegan yang disesuaikan untuk
dapat masuk ke dalam penayangan di China, hal itu tidak terlalu mengubah esensi
dan jalan cerita dari film itu sendiri.
Rekomendasi
diberikan kepada para cineas yang menyukai film bertema drama dengan sedikit
dialog dan lebih kepada permainan perasaan. Mungkin bagi sebagian orang, film
ini akan sedikit membosankan karena tidak banyaknya dialog dan adegan – adegan
yang memacu adrenalin. Sehingga memang disarankan bagi para cineas yang
mencintai film dengan tema yang sejenis. Selain itu dari film ini kita
mendapatkan pelajaran dimana seberapa sedih kita dalam kehilangan, kita harus
tetap memiliki batas waktu untuk kembali menjalani hari kita. Perbedaan pasti
akan terasa, tetapi kita tidak boleh berlama – lama tenggelam dalam duka.
Kehidupan bagi yang ditinggalkan akan terus berjalan dan tidak mungkin
seseorang yang pergi itu bahagia saat melihat kita terus berduka.
===
My Rate
: 8/10
===
Telah dipublikasikan di Kompasiana dengan judul yang sama.
0 Komentar