[SASTRA] Ketika Sukab dan Senja karangan Seno Gumira Ajidarma Mengambil Ruang di Hatiku



Ketika Abimana Aryasatya mengenalkanku pada sosok Sukab yang berjuang memberikan Sepotong Senja untuk Pacarnya. Sepotong senja yang diambilnya dari langit di pinggir pantai dan kemudian disimpan dalam saku bajunya. Didekap erat dalam pelarian, dalam pengejaran, demi untuk diberikan pada pacarnya Alina. Hingga dapat dikirimkannya senja itu kepada Alina melalui pos kilat katanya.




Ketika Dian Sastrowardoyo mengenalkanku pada sosok Alina yang kemudian telah menerima senja yang dikirimkan menggunakan pos kilat, tapi entah mengapa sampai kepadanya di waktu yang terlambat. Sepuluh tahun, sepuluh tahun. Dibawa kemana terlebih dahulu sepotong senja oleh petugas pos tak tahu untung. Jaman itu belum ada aplikasi untuk mendeteksi kemana kiriman itu tersendat, sehingga Alina terlambat mengetahui. Bodohnya Sukab mengirimkannya melalui Pos yang katanya kilat dan membuat Alina terlambat menerima. Sia - sia? Mungkin iya, dari kacamata Alina. Kemudian bagaimana Sukab?




Ketika Butet Kartaredjasa menjadi seorang Tukang Pos yang mengirimkan senja tersebut dalam sebuah amplop. Sebuah senja dalam amplop. Bayangkan apakah sebuah amplop dapat menyembunyikan cahaya senja yang terang benderang. Tukang pos hanya ingin tahu karena cahayanya yang terang menarik perhatian. Hanya mengintip sedikit, hanya sedikit. Namun, sangat sulit untuk melepaskan pandangan dari Senja itu. Memang sangat indah, sehingga membuat Sukab harus mengirimkannya kepada Alina menggunakan Pos Kilat yang akhirnya tiba sepuluh tahun kemudian.




Dari sinilah, keinginan tahuku akan Sukab semakin tumbuh. Ingin tahu siapa sosok dibalik kisah cinta yang tak tersampaikan itu. Sosok yang tega membuat Sukab dan Alina kecewa dan mungkin tidak bersatu. Sosok yang membuat Tukang Pos kelelahan dengan membawa senja menggunakan sepeda reotnya yang sudah renta. Selain itu, apakah Sukab memiliki cerita lainnya?

Sukab, Alina dan Tukang Pos membawaku untuk mengenal Seno Gumira Ajidarma. Yup, dialah sosok dibalik cerita mereka. Seno Gumira Ajidarma adalah penulis generasi baru untuk sastra Indonesia. Beberapa buku karyanya adalah Atas Nama Malam, Wisanggeni—Sang Buronan, Sepotong Senja untuk Pacarku, Biola tak Berdawai, Kitab Omong Kosong, Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi, dan Negeri Senja.

Rendra menjadi sosok inspirasi dirinya untuk menjadi seniman. Sampai saat ini Seno telah menghasilkan puluhan cerpen yang dimuat di beberapa media massa. Cerpennya Pelajaran Mengarang terpilih sebagai cerpen terbaik Kompas 1993. Buku kumpulan cerpennya, antara lain: Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999). Karya lain berupa novel Matinya Seorang Penari Telanjang[ (2000). Pada tahun 1987, Seno mendapat Sea Write Award. Berkat cerpennya Saksi Mata, Seno memperoleh Dinny O’Hearn Prize for Literary, 1997.

Kisah - kisah yang disampaikan oleh Seno Gumira Ajidarma termasuk cerita yang menarik untuk dibaca. Bagaimana dirinya mengubah sebuah senja, "hanya" sebuah senja menjadi beberapa cerita yang membuat para pembacanya ikut merasakan sensasi yang dirasakan Sukab, Alina, dan Tukang Pos tersebut. Senja digambarkan sebagai suatu hal yang amat berharga dan menjadi sia - sia, ketika hal berharga tersebut disampaikan melalui orang yang mudah tergoda. 

Posting Komentar

0 Komentar