The
Miseducation of Cameron Post | 2018| 1h 31m
Genre : Drama| Negara: UK-US
Director: Desiree
Akhavan | Writers: Desiree
Akhavan, Cecilia Frugiuele, Emily M. Danforth
Pemeran:
Chloë Grace Moretz, Steven Hauck, Quinn Shephard, dll
IMDB:
6.6/10
Tomatometer : 86%
My Rate : 8/10
Setelah ketangkap basah berhubungan dengan teman wanitanya, Cameron dipaksa masuk ke pusat terapi konversi, agar mengembalikan kesadaran tentang tindakan 'keliru' yang telah dilakukannya.
Peringatan:
Terdapat adegan LGBT, kekerasan, dan
obat terlarang
Sinopsis Film The Miseducation of
Cameron Post:
Cameron (Chloe Grace Moretz) tertangkap
oleh pasangan promnya saat sedang berduaan dengan teman wanitanya di sebuah
mobil. Atas kejadian tersebut, bibinya, Ruth (Kerry Butler) mengirimkannya ke
sebuah pusat terapi konversi bernama God's Promise. Tempat tersebut melakukan
terapi untuk orang - orang yang mengalami kebingungan gender atau indikasi
homoseksual.
God's Promise melakukan terapi dengan
membuat anggotanya semakin dekat dengan Tuhan dengan cara memperdalam
pemahamannya dalam agama. Cameron awalnya masih tidak terbiasa dan menunjukkan
penolak dalam dirinya atas apa yang disampaikan kepadanya. Namun, sedikit demi
sedikit Cameron mulai membuka diri dan berusaha untuk mengikuti arahan dari
para terapis. Dirinya pun mulai mempertanyakan mengenai jati diri dan tindakan
yang telah dilakukannya.
Dalam masa terapi tersebut, Cameron
memiliki kedekatan lebih dengan Jane (Sasha Lane) dan Adam (Forrest Goodluck).
Jane adalah orang pertama yang menyambutnya di tempat tersebut. Sedangkan Adam
adalah teman dekat Jane. Mereka menjadi dekat satu sama lain dan saling berbagi
perasaan serta pemikiran mereka. Cameron juga mulai mengenal beberapa orang
yang ada di tempat tersebut beserta
dengan masalah yang mereka hadapi.
Suatu ketika salah satu di antara mereka
yang juga merupakan teman sekamar Adam, melakukan percobaan untuk melukai
dirinya. Hal ini menimbulkan suatu kehebohan dan membuat Cameron mempertanyakan
kembali mengenai hal yang mereka lakukan di tempat tersebut. Apakah hal
tersebut memang harus dilewatinya?
Ulasan:
Film ini diadaptasi dari sebuah Novel
dengan judul yang sama karya Emily M. Danforth yang diterbitkan tahun 2012.
Novel tersebut pernah masuk dalam daftar yang dilarang tahun 2015 oleh Cape
Henlopen School Board di Delaware karena berisikan bahasa yang kurang pantas.
Namun demikian, film ini meraih 5 penghargaan termasuk dengan Best Film dan
masuk dalam 16 nominasi lainnya di beberapa ajang penghargaan.
Topik
LGBT memang merupakan topik yang sering menjadi perdebatan di beberapa
kalangan, terutama jika disandingkan dengan keagamaan. Film ini memiliki ide
cerita yang baik dan memberikan banyak pandangan baru mengenai topik tersebut.
Pada kenyataannya banyak orang yang mungkin masuk dalam kategori ini yang
mengalami diskriminasi dalam hidup mereka dan seakan direndahkan serta
dihakimi. Hal ini terjadi karena apa yang mereka yakini benar dianggap keliru
bagi orang lain.
Bukan
berarti menyetujui hal tersebut, hanya saja mengubah keyakinan seseorang atas
sesuatu hal memang bukan perkaya mudah. Dalam film ini kita menyadari bahwa
'memaksakan' seseorang untuk mengubah dirinya bukan malah membuat hasil yang
baik. Hal ini malah dapat memperburuk situasi yang terjadi. Banyak hal yang
melatarbelakangi perilaku yang mereka tunjukkan. Dukungan keluarga juga menjadi
suatu hal yang penting untuk bisa membuat seseorang menjadi lebih baik.
Latar
belakang dari masing - masing tokohnya disajikan dengan sangat apik. Penonton
dapat memahami tiap tokohnya bahkan tokoh pendukung dari kilasan kisah yang
diselipkan dalam beberapa adegan. Hal ini membuat penonton dapat melihat dari
sudut pandang tokoh tersebut dan merasakan koneksi perasaan dengan para
tokohnya. Ditambah lagi dengan akting para pemain yang cukup baik.
Adegan yang mengesankan:
Setelah kejadian dimana salah satu
anggota terapi melukai dirinya sendiri, Rick memberitahukan Cameron mengenai
apa yang sebenarnya terjadi. Saat itu Rick terlihat kebingungan dan mulai
membuka dirinya kepada Cameron. Rick terkenal sebagai seorang yang berhasil
menjalani terapi tersebut. Namun, ternyata Rick menyimpan banyak kebingungan
dan penolakan dalam dirinya. Kejadian yang terjadi mentrigger perasaan tersebut
untuk kembali muncul. Dalam adegan ini terlihat bahwa sebenarnya Rick menyimpan
banyak penolakan dalam dirinya tetapi berusaha untuk tidak ditunjukkan.
Dialog mengesankan:
"Bagaimana memprogram orang untuk membenci dirinya sendiri bukan kekerasan perasaan?"
Sekolah tersebut sedang dalam
penyelidikan karena ada salah satu muridnya yang melukai dirinya sendiri.
Sehingga hal tersebut menjadi sesuatu yang menghebohkan.
Ending:
Happy ending
Rekomendasi:
Worth to watch! Meski film ini mengangkat tema LGBT yang
mungkin akan menimbulkan kontroversial di beberapa kalangan. Namun, dalam film
ini kita dapat mempelajari bahwa mengubah seseorang itu bukanlah hal yang
mudah. Hal yang harus dilakukan harusnya bukan dengan membuat mereka membenci
diri mereka sendiri, tetapi harus dengan pendekatan untuk memberikan pemahaman
bukan paksaan.
(Aluna)
0 Komentar