Sensei, Would You Sit Beside Me?
(Original title: Sennsei, watashi no tonari ni suwatte itadakemasennka?)
| 2021| 1h 59m
Genre
: Romance | Negara: Japan
Director: Takahiro Horie|
Writers: Takahiro Horie
Pemeran: Tasuku Emoto, Jun Fubuki,
Nao Honda
IMDB: 6.4
My
Rate : 8/10
Sawako mencurigai perselingkuhan yang dilakukan suami dan editornya. Namun, bukan mengonfrontasinya secara langsung, Sawako memilih cara yang lebih elegan: mengubah kecurigaannya menjadi cerita yang perlahan menyelinap ke pikiran suaminya, membangkitkan kegelisahan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.
Peringatan:
Terdapat
adegan sensual
Sinopsis :
Sawako bekerja sebagai pembuat manga
bersama suaminya, Toshio. Perlahan, ia mulai menaruh kecurigaan terhadap
interaksi Toshio dengan editor mereka yang semakin terlihat intim dan mesra.
Alih-alih mengonfrontasinya secara langsung, Sawako memilih cara yang lebih
elegan: mengonfirmasi kecurigaannya melalui sebuah manga baru yang diam-diam
sedang ia buat.
Setelah kecelakaan kecil yang
menimpa ibunya, Sawako dan Toshio terpaksa tinggal sementara di rumah sang ibu.
Di sana, Sawako seakan tengah mempersiapkan dirinya untuk kenyataan buruk yang
mungkin harus ia hadapi. Sawako mulai belajar mengemudi dan bersembunyi dalam
kemisteriusan yang dari hari ke hari semakin terasa oleh ibunya.
Toshio
tanpa sengaja membaca draft manga Sawako —draft yang terasa seolah sengaja diletakkan untuk menarik perhatiannya.
Ceritanya terasa begitu nyata dan mirip dengan kehidupan yang
dijalaninya. Sawako mengetahui perselingkuhannya dan diam - diam membalasnya
dengan cara yang sama. Gelombang
perasaan yang sulit dijelaskan muncul dalam dirinya. Pertanyaan demi pertanyaan
berputar di kepalanya: apakah ini hanya cerita? Atau pengakuan? Atau
peringatan?
Dan di balik ketenangan Sawako, Toshio mulai takut pada hal yang ia tidak pernah berani tanyakan: sejauh apa Sawako sebenarnya tahu?
Ulasan :
Saat orang ketiga muncul dalam
kehidupan rumah tanggamu, apa yang akan kamu lakukan? Pernikahan yang dibangun
dengan cinta mungkin runtuh seketika jika ditangani dengan gegabah. Namun,
perasaan hancur dan terkhianati tidak pernah benar-benar bisa disembunyikan.
Premis inilah yang coba dihadirkan oleh Sensei, Would You Sit Beside Me?—sebuah
film yang memperlihatkan bagaimana pengkhianatan dapat dihadapi dengan cara
yang tenang, elegan, namun menusuk.
Selain penyampaian ceritanya yang
unik, judul film ini sendiri memberikan twist halus dengan makna ganda yang
baru terbuka di akhir. Dari judulnya, penonton mungkin membayangkan romansa
yang sedang tumbuh, tetapi film ini justru membawa kita pada arah yang jauh
lebih gelap, lebih matang, dan lebih kompleks. Penyajian yang melebihi
ekspektasi penonton dan memberikan kepuasan.
Pondasi cerita dibangun dengan kuat
sejak awal. Konflik utama langsung diperlihatkan tanpa bertele-tele: hubungan,
pekerjaan, dan dinamika Sawako serta Toshio dipaparkan dengan lembut tetapi
jelas. Ekspresi para pemain tidak berlebihan; dialognya sunyi namun dalam—jenis
keheningan yang menyimpan banyak hal yang tak terucapkan.
Ketegangan mulai terasa ketika
Toshio tidak sengaja membaca draft manga yang dibuat Sawako. Dari sinilah
konflik benar-benar memanas. Ketakutan, kecemburuan, dan rasa bersalah
menyelinap perlahan—reaksi wajar dari seseorang yang hidup dalam kebohongan. Topeng
yang ia pakai mulai retak, dan retakan itu membuatnya panik. Cara Sawako
mengonfrontasi melalui cerita yang ia tulis bukan hanya elegan, tetapi juga
menusuk secara psikologis. Manga itu menjadi cermin yang memaksa Toshio melihat
dirinya sendiri tanpa bisa berpaling dan sebagai bentuk kegundahan yang
dirasakan oleh Sawako.
Akhir film disampaikan dengan halus,
namun kekuatannya justru terletak di sana. Kebingungan yang dirasakan Toshio
turut dirasakan penonton: mana yang imajinasi? mana yang kenyataan? Namun
justru ambiguitas itulah yang membuat cerita terasa menggantung dengan cara
yang memuaskan. Seolah ada ruang yang sengaja dibiarkan kosong agar penonton
mengisinya sendiri.
Alur
cerita sebenarnya berjalan dengan lambat dan mungkin membuat beberapa orang
merasa bosan. Namun,
kelambatan itu adalah bagian dari kekuatan film. Ia memberi ruang bagi rasa
sakit, prasangka, dan manipulasi halus untuk tumbuh perlahan sampai mencapai
titik puncak yang menggigit.
Akting
dari para pemain amat baik dengan ekspresi yang tenang dan dialog yang berjeda.
Jika diperhatikan, transisi warna digunakan untuk memperlihatkan perbedaan
antara kenyataan dengan kenyataan yang terbentuk dari imajinasi manga yang
dibaca. Hal ini merupakan cara yang cerdik yang membuat penonton awalnya tidak
menyadari hal tersebut karena terlalu larut dalam cerita. Pemilihan musik juga
amat membantu dalam pembangunan suasana.
Pada
akhirnya, Sensei, Would You Sit Beside Me? adalah kisah tentang keberanian
seorang wanita untuk pergi dari hubungan yang sudah tidak layak dipertahankan
tanpa menjatuhkan harga dirinya sendiri atau kehilangan dirinya. Amarah tidak
harus selalu diluapkan dalam bentuk emosi yang menggebu. Ketenangan yang elegan
justru dapat memberikan luka yang lebih dalam
bagi mereka yang menerimanya.
Adegan yang mengesankan:
Toshio tidak sengaja menemukan draft
manga yang sedang dibuat oleh Sawako di atas meja. Selama membaca draft
tersebut, ada perasaan kaget yang bercampur aduk karena cerita tersebut seperti
kenyataan yang sedang dijalaninya --- perselingkuhan yang disembunyikannya ---.
Adegan ini memperlihatkan perasaan bersalah dan ketakutan yang dirasakan Toshio
saat merasa kebohongannya telah terbongkar.
Dalam kenyataan, pasangan yang
melakukan selingkuh sering kali merasa bahwa kebohongan tersebut akan tersimpan
selamanya. Padahal bukan mereka yang pandai menyembunyikan. Hanya waktu yang
belum memilih untuk membongkarnya—atau pasangan yang terlalu lihai berpura-pura
tidak tahu.
Dialog mengesankan:
"Kau satu-satunya Senseiku"
Ending:
Rekomendasi:
Worth
to Watch
(Aluna)

0 Komentar