[Chasing Shadow] Prolog

Ping!!!

Sebuah pemberitahuan surat elektronik masuk berbunyi dari telepon genggam merah muda yang ada di atas meja tepat di sebelah tempat tidur yang pemiliknya masih tertidur lelap di bawah selimut merah mudanya. Sebuah pergerakan mulai terlihat di atas tempat tidur tersebut. Sepertinya pemiliknya sedang menggeliat dan berusaha untuk bangun.

"Siapa yang mengirimkan email pada pagi ini? Ini masih terlalu pagi." Keluhnya sambil mencoba meraih telepon genggamnya.

Dinyalakan layar telepon genggamnya dan jam menunjukkan pukul 10 pagi. Gadis itu baru tertidur subuh tadi, setelah semalaman mengedit foto-foto yang akan di-post-nya ke akun instagram miliknya. Kemudian dengan malas, kotak masuk email tersebut dibukanya.

Halo rekan - rekan Sherlock Club,
Sudah lama kita tidak bertemu, bagaimana kabar kalian? Untuk merayakan pergantian tahun yang sudah berlalu, mari kita bertemu untuk melepas rindu. Jangan lupa siapkan misteri terbaik kalian untuk kita pecahkan bersama.
Datanglah tepat pukul 20.00 wib pada tanggal 2 Februari 2019. Kita akan habiskan malam minggu kita bersama di tempat biasa kita bertemu "The Reading Room". Di meja dan kursi yang sama, tepat di pojokan café tersebut.
Sampai jumpa
Sherlock Leader

"Wah, akan ada pertemuan lagi setelah sekian lama vakum. Misteri apa ya yang akan ku bawa?"  Gumam Fay pada dirinya sendiri.

Faysillia, gadis pemilik kamar dengan dekorasi seluruhnya berwarna merah muda tersebut adalah seorang Insta Seleb. Dirinya menjadi trendsetter dikalangan anak muda dengan gaya berpakaiannya dan selera fashionnya yang baik. Bukan hanya itu, dirinya juga dilantik menjadi brand ambassador untuk beberapa merek fashion dan make up terkenal. Sudah pasti ketenarannya tidak diragukan lagi, setiap tempat yang dia datangi pastinya dipenuhi para penggemar yang sudah berbaris untuk berfoto bersama.

Dibalik reputasi dirinya yang ceria dan fashionable, Faysillia yang lebih dikenal dengan sebutan Fay ini memiliki sisi lain yang hanya beberapa orang mengetahuinya. Dirinya sangat menyukai misteri, novel detektif memenuhi kamarnya dan bertebaran di meja riasnya. Bahkan letak alat riasannya saja lebih rapi dari pada letak buku - bukunya. Hal ini menandakan seberapa seringnya dia membaca buku misteri tersebut berulang - ulang. Sherlock Holmes menjadi serial yang paling banyak dibacanya dan beberapa penulis lainnya.

Kecintaannya terhadap Sherlock Holmes membuat dirinya bergabung dengan Sherlock Club. Sebuah komunitas yang ditemukannya dalam sebuah laman yang dibuat bagi para pencinta misteri dimana secara berkala bertemu untuk berbagi misteri. Pertemuan yang diadakan tidak memiliki waktu yang menentu. Semua ditentukan oleh ketua komunitas -Sherlock Leader- yang hingga saat ini masih menjadi misteri siapakah wujud aslinya. Tidak ada satupun anggota komunitas itu yang mengaku sebagai ketua. Semua merahasiakan identitasnya masing - masing dengan baik. 

"Masih beberapa minggu lagi sebelum pertemuan. Jadi, aku masih memiliki cukup waktu untuk memikirkan misteri yang akan ku bawa. Sekarang mari kembali tidur." Ucapnya sambil menarik kembali selimutnya.

===

"Apalagi ini? Jangan bilang sebuah email spam mengganggu kesenangan dan ketenangan ku bermain game." Katanya kesal.

Telepon genggamnya dibiarkan saja di atas meja di ruang tamu, sedangkan dirinya masih meneruskan permainannya dalam ruang yang lampunya sengaja dimatikan. Ruangan dimana dirinya menghabiskan waktu berhadapan dengan monitor, menghalangi segala kebisingan dengan headphone yang digunakannya untuk mendengar lebih jelas suara permainannya, dan tangannya yang sibuk bermain dengan mousenya. Dalam ruangan inilah Maxime menghabiskan waktunya ketika tidak ada panggilan pekerjaan untuknya.

Sudah biasa bagi seorang model seperti dirinya, dimana pekerjaannya tidak memiliki waktu yang pasti. Pekerjaannya bergantung pada panggilan klien yang mau menggunakan jasanya sebagai seorang model bagi barang mereka. Selain itu, pastinya dia menghabiskan waktunya di hadapan komputernya bermain game. Belakangan ini dirinya sedang sibuk bermain permainan detektif yang baru saja di instal di komputernya, yaitu Sherlock Holmes: Crimes and Punishment.

Memang tidak terlihat dari gayanya jika dirinya merupakan seorang yang menyukai hal - hal yang berbau misteri atau detektif. Bahkan orang - orang disekitarnya tidak ada yang dapat menebak kepribadian Max. Hal ini disebabkan, sering kali, dirinya melakukan hal yang tidak terduga dan secara tiba - tiba. Pernah suatu ketika pada saat pemotretan, dirinya bernyanyi - nyanyi dan menari di tengah pemotretan dan membuat para kru kebingungan.  Suatu waktu juga dirinya akan menjadi sangat serius dan berbicara dengan sangat bijak. Setingkat itulah keanehan yang ada pada dirinya. Sedangkan jika melihat dari postingan di instagramnya, dirinya terlihat sangat menawan dengan gaya berfotonya yang baik dan sangat cocok dipakaikan pakaian apapun.

Namun, jangan salah kira, bermula dari keisengannya menebak dalang pembunuhan dalam teka - teki misteri di sebuah majalah sekitar 10 tahun lalu ketika dirinya masih duduk di sekolah menengah. Akhirnya sejak saat itu, dirinya kecanduan untuk mencoba menebak kasus - kasus misteri lainnya. Max memiliki intelegensi yang cukup tinggi dan tingkat analisis yang baik, sehingga membuatnya terus tertantang untuk memecahkan kasus misteri. Apalagi setelah Max mengenal beberapa permainan komputer yang memiliki tantangan pemecahan kasus seperti permainan yang sedang dimainkan saat ini.

Tiga puluh menit berlalu sejak telepon genggamnya berbunyi dan saat ini otaknya sedang buntu dimana tidak dapat memecahkan permainan tersebut. Dirinya pun mulai beranjak keluar kamar untuk mengambil telepon genggamnya. Keputusan tersebut diambilnya untuk mengistirahatkan sejenak otaknya dan mencari tahu siapa pengirim email tersebut.

"Sherlock Club? Pertemuan?" Dengan wajah kebingungan Max menatap email yang baru saja dibukanya. Hening sejenak hingga akhirnya tersadar.

"Oh, komunitas itu. Sudah lama sekali tidak ada pertemuan seperti ini. Pasti Fay juga mendapatkan email ini. Kira - kira dirinya datang tidak ya? Atau ku harus menanyakannya dulu padanya?." Gumamnya sambil menatap  jam dinding di atas televisi di ruang tamunya.

"Ah, pasti dia masih tertidur pulas saat ini. Biarkan sajalah, toh pasti dirinya akan datang." Sambil diletakkan kembali telepon genggamnya di atas meja setelah menyadari waktu masih menunjukkan pukul 10.30 wib dan sahabatnya di sana pasti masih bergumul dengan selimutnya. Max kembali berjalan ke dalam kamarnya, setelah mampir sebentar ke dapur untuk mengambil sebotol minuman berkarbonasi dari dalam kulkasnya.

===

Seorang pria sedang duduk termangu di sebuah kursi taman, memandang kejauhan anak - anak yang bermain dengan air pancuran. Sebuah kamera berada ditangannya, sejenak diangkatnya kamera tersebut untuk sekedar merekam tawa anak tersebut dalam bentuk gambar. Tanpa sadar senyumnya terukir ketika seorang anak tidak sengaja tercebur ke dalam pancuran setelah tanpa sengaja rekannya yang lain mendorongnya hingga terjerembab.

"Ah, jadi ingat jaman kita masih berkumpul bersama. Mungkinkah kalian akan mengenalku ketika melihatku saat ini." Senyumnya mulai menghilang.

Kembali pria tersebut termangu menatap sekelilingnya. Terlihat di sisi lain taman, anak - anak berkumpul bermain musik dengan suara yang harmonis. Taman Suropati menjadi tempat bagi dirinya menghabiskan akhir minggunya dengan berburu foto dan sekedar mendengarkan permainan musik yang biasa dimainkan dari perkumpulan anak di pagi hari. Sesuai dengan namanya "Art", dirinya sangat menyukai seni. Salah satunya yang menjadi pekerjaannya saat ini, seni photography. Melalui photo dirinya merasa dapat memberitahukan dunia atas apa yang ada dalam pikirannya dan perasaannya.

"2 Februari 2019, pukul 20.00 wib, The Reading Room." Katanya sambil mencatat di sebuah catatan kecil yang dari tadi tersimpan dalam sakunya. 

"Pertemuan yang tak boleh dilewatkan." Lanjutnya sambil memasukkan seluruh barangnya ke dalam tas yang dibawanya dan beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Sesekali dirinya kembali mencuri pandang ke arah pancuran, senyumnya kembali mengembang ketika didapati pemandangan dimana anak yang tadi tercebur menangis meraung-raung di tengah kolam, sedangkan anak - anak lainnya tertawa terbahak menatapnya.

"Bodoh!" Ucapnya sambil berlalu.


===

#bersambung

Posting Komentar

0 Komentar