Hubungan adalah hal yang terjadi antara dua orang dimana saling mempengaruhi dan bergantung antara satu sama lain. Dalam menjalin suatu hubungan pastinya bukan merupakan hal yang mudah, karena menggabungkan dua orang yang memiliki latar belakang, keluarga, sifat, kebiasaan, pendidikan, dan budaya yang berbeda.
Pentingnya penyesuaian antar satu sama lain menjadi kunci utama dalam sebuah hubungan dan penentu dari keberhasilan hubungan tersebut. Pada kenyataannya, perbedaan ini yang sering kali menimbulkan gesekan dan konflik dalam hubungan tersebut hingga berakhir dengan perpisahan.
Gary Demonte Chapman adalah seorang penulis dari America dan terkenal dengan bukunya yang berjudul The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate yang dipublikasikan pada tahun 1992. Melalui buku inilah pertama kali Gary memperkenalkan lima macam love language (bahasa cinta). Gary meyakini bahwa setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan perasaan atau perhatiannya kepada orang lain.
Buku tersebut ditulis berdasarkan
pengalaman Gary sebagai konselor pernikahan yang digelutinya selama kurang
lebih tiga puluh tahun, di dalamnya dijelaskan terdapat lima macam bahasa cinta,
yaitu:
1.
Words of
Affirmation
Tipe bahasa
ini berarti seseorang akan merasa dicintai saat mereka menerima pujian atau
umpan balik yang positif dari orang tertentu, misalkan dari pasangannya, orang
tuanya, atau seseorang yang dianggapnya penting.
2.
Quality Time
Seseorang
akan merasa dicintai saat pasangan mereka memberikan perhatian penuh kepada
mereka, cth. menghabiskan waktu menonton di rumah atau kegiatan lainnya yang
dilakukan bersama.
3.
Gifts
Seseorang
akan merasa dicintai saat mendapatkan hadiah atau kejutan tak terduga, cth.
dirinya akan senang jika diberika kejutan saat ulang tahun, dll.
4.
Act of
Service
Seseorang
akan merasa dicintai saat pasangannya membantu mereka secara tulus, cth.
membantu pekerjaan rumah, dll.
5.
Physical
Touch
Seseorang akan merasa dicintai saat menerima perhatian dalam bentuk sentuhan, seperti dipegang tangannya, dll.
Berdasarkan E. Leaver & D. Green (2015), terdapat perubahan fisiologis dimana terdapat peningkatan gairah yang signifikan saat seseorang diberikan stimulus yang sesuai dengan bahasa cintanya. E. Leave dan D. Green melakukan penelitian dengan jumlah partisipan sebanyak 89 orang dengan memberikan rangsangan berupa beberapa skenario imajinasi yang di dalamnya terdapat jenis - jenis bahasa cinta tersebut. Partisipan menunjukkan reaksi saat skenario tersebut sesuai dengan bahasa cinta utama di dalam dirinya.
Namun
menurut Margaret Cook, dkk (2013), sulit untuk dapat mengelompokkan suatu hal
ke dalam satu kelompok bahasa cinta saja. Hal ini disebabkan terdapat beberapa
bentuk kegiatan yang dapat dimasukkan dalam beberapa kategori dan terdapat
faktor - faktor lainnya yang dapat mempengaruhi makna "dicintai"
seseorang tergantung dari kebutuhan utama seseorang tersebut di saat itu. Teori
yang dikemukakan oleh Gary juga tidak dapat menjelaskan bagaimana seseorang
memberikan atau menerima beberapa bentuk love language yang berbeda dari
beberapa hubungan.
Pada dasarnya, semua orang memiliki semua bentuk love language tersebut di dalam dirinya, hanya saja Gary meyakini bahwa terdapat satu bentuk bahasa cinta yang dominan. Surijah, dkk (2016) berpendapat berdasarkan hasil penelitiannya dengan 400 partisipan yang merupakan mahasiswa Universitas Dhyana Pura, Bali, bahasa cinta yang dominan juga dipengaruhi oleh budaya yang ada di suatu daerah. Dalam hal Indonesia, hasil penelitian menunjukkan lebih banyak yang memiliki bahasa utama berupa word of affirmation dibandingkan dengan bentuk bahasa lainnya.
Bunt, Selena & Zoe J. Hazel Wood (2017) berpendapat bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesamaan bentuk bahasa cinta antar kedua orang yang menjalani hubungan dengan tingkat kepuasan dalam menjalani hubungan tersebut. Dalam penelitian ini pula ditemukan faktor lain yaitu regulasi diri yang ada pada wanita sangat signifikan dalam mempengaruhi keharmonisan suatu hubungan. Efek dari regulasi diri ini akan lebih terlihat jika antar pasangan tersebut memiliki bentuk bahasa cinta yang berbeda.
Perasaan dicintai adalah suatu hal yang sulit untuk diketahui dengan pasti maknanya. Sehingga Gary mencoba membantu para pasangan untuk lebih memahami makna "dicintai" dengan mengelompokkannnya menjadi lima bentuk bahasa cinta. Hanya saja banyak bentuk cara untuk mengungkapkan rasa cinta kepada pasangan dan sulit untuk dapat dikelompokkan hanya kepada satu kelompok saja.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk memvalidasi teori yang disampaikan oleh Gary. Tak dapat dipungkiri, bahwa latar belakang budaya, pendidikan, keluarga, dsb, dapat mempengaruhi bentuk bahasa cinta utama seseorang. Sehingga akan menimbulkan bentuk - bentuk bahasa cinta yang berbeda. Dengan mengetahui kelompok bahasa cinta tersebut, dapat membantu pasangan untuk lebih memahami pasangannya masing - masing.
Seseorang akan lebih merasa "dicintai" saat cara pasangan mereka menunjukkan bentuk ungkapan yang sesuai dengan bahasa cinta utama pasangannya, sebagai contoh seorang istri dengan bahasa cinta utama - gifts, akan lebih senang saat suaminya memberikan hadiah kepadanya. Namun, jika suami kita memberikan perhatian dengan mengungkapkan kata-kata yang positif, bisa jadi hal itu memang bentuk cara dirinya mengungkapkan rasa cintanya. Sehingga kita tidak perlu merasa kecil hati karena apa yang diberikan tidak sesuai dengan definisi "dicintai" versi kita.
Perbedaan bahasa
cinta utama antar keduanya dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dengan mencoba
mengetahui jenis bahasa cinta dan mengaplikasikannya dalam hubungan, seperti
mencoba memahami bahasa cinta mana yang sedang digunakan oleh pasangan kita
akan membangun iklim emosional yang baik dalam suatu hubungan. Sehingga
hubungan dengan pasangan kita akan lebih harmonis. Sebuah pasangan tidak perlu
memiliki bahasa cinta yang sama, tetapi upaya untuk saling memahami menjadi
kunci dari keharmonisan suatu hubungan.
Sumber Referensi:
- Chapman,
Gary. (2004). The Five Love Language: How to Express Heartfelt Commitment
to Your Mate. Chicago: Northfield Publishing.
- Cook,
Margaret dkk (2013). Journal of Psychological Inquiry. Vol.18, No. 2,
pp.#50-61
- E.
Leaver & D. Green (2015).Psychophysiology and The Five Love Languages.
Conference: Eastern Psychological Association At: Philadelphia, PA.
- Surijah,
dkk (2016). Construct Validation of Five Love Language. Anima Indonesian
Psychological Journal. Vol. 31 No. 2, 65-76.
0 Komentar