Review Film Kingdom 3: The Flame of Destiny (2023)

 

Review Film Kingdom 3: The Flame of Destiny (2023)

Kingdom 3: The Flame of Destiny (Original title: Kingudamu 3: Unmei no hono) | 2023 | 2h 9m
Genre : Action Epic/War Epic/Action/History/War | Negara: Japan
Director: Shinsuke Satô| Writers: Yasuhisa Hara, Tsutomu Kuroiwa
Pemeran: Kento Yamazaki, Ryô Yoshizawa, Kanna Hashimoto
IMDB: 6.8
My Rate : 8/10

Masa lalu Eisei terungkap dan hubungannya dengan kerajaan Zhao yang saat ini melakukan penyerangan terhadap Qin, yang membuat Shin bersama dengan Jenderal Ouki turun tangan untuk menghalau musuh. Selain itu, jenderal misterius yang pernah membunuh salah satu Jenderal Qin pun muncul dan menjadi bagian dari pasukan perang Zhao.

Peringatan:

Adegan kekerasan

 

Sinopsis Kingdom 3: The Flame of Destiny (2023):

Serangan yang tidak diperkirakan datang dari kerajaan Zhao yang ingin membalas dendam atas pembantaian yang mereka terima beratus tahun yang silam. Eisei (Ryo Yoshizawa) pun harus memikirkan cara untuk melawan mereka dengan kondisi dimana para jenderal sedang tidak berada di kerajaan tersebut. Sehingga mau tidak mau, Eisei harus meminta bantuan dari Shoheikun (Hiroshi Tamaki), walau hal ini membuka peluang bagi Ryofui (Koichi Sato) untuk menjatuhkannya.

Ryofui mencoba untuk menjadikan Mobu sebagai pemimpin perang. Namun,     Shobunkun menganggap hal tersebut bukan keputusan yang cerdik untuk dilakukan. Shoheikun juga ternyata meminta Ouki (Takao Osawa) yang telah beristirahat dari perang untuk kembali ke medan pertempuran dan memimpin pasukan melawan Zhao.

Kedatangan Ouki bersama dengan Shin (Kento Yamazaki) membuat kericuhan di dalam ruangan rapat. Ouki meminta semua orang keluar untuk melakukan pembicaraan dengan Eisei demi mengetahui lebih dalam tujuan Eisei menyatukan China. Masa lalu kelam Eisei pun terungkap yang membuat Shin mengubah cara pandangnya kepada Eisei.

Ouki memimpin pasukannya ke medan perang dengan kondisi jumlah pasukan yang terbatas. Strategi perang pun diterapkan. Ouki memberikan misi khusus pada pasukan sebanyak seratus orang yang dipimpin Shin selanjutnya diberi nama Hishin Unit untuk memenggal kepala Jenderal Fuki. Jenderal yang memimpin pasukan Zhao dalam peperangan tersebut.

Shin harus dapat membuktikan dirinya atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. Namun, juga harus bisa memastikan keselamatan dari pasukannya. Sedangkan halangan yang mereka hadapi tidak mudah, sebab untuk sampai ke tempat Jenderal tersebut, mereka harus melewati berlapis prajurit yang handal.

Akankah Shin berhasil melakukan misinya?

 

Ulasan Kingdom 3: The Flame of Destiny (2023) :

Kingdom 3: The Flame of Destiny (2023) merupakan sekuel yang dibuat untuk melengkapi cerita dari Kingdom (2019) dan Kingdom 2 (2022). Masih berdasarkan manga dengan judul yang sama karya Yasuhisa Hara. Perbedaan dengan film pertama dan kedua adalah dari fokus cerita dan vibe yang dibangun.

Pada Kingdom (2019) kita dapat melihat pembangunan karakter dari Shin dan juga Eisei, serta beberapa pertarungan yang menarik. Kingdom 2 (2022), cerita lebih banyak berfokus pada Shin dan juga pertarungan yang cukup intens terasa dari awal hingga akhir. Sedangkan di film Kingdom ketiga ini, entah kenapa kualitas dari filmnya terasa sedikit menurun.

Film dibuka dengan rekap narasi cerita dari film sebelumnya yang pastinya memiliki peran cukup penting untuk memulai cerita. Cerita kembali mengambil timeline waktu enam bulan setelah kejadian terakhir yaitu pertarungan dengan Wei. Dengan adegan pembuka yang sedikit terhubung dengan akhir film kedua, yaitu Shin yang pergi untuk berlatih dengan bantuan Jenderal Ouki.

Pembangunan pondasi cerita di sekuel ketiga ini cukup kuat tetapi membuat cerita menjadi sedikit rancu mengenai identitas tokoh utama. Sebab setengah dari film ini lebih banyak menyajikan cerita mengenai Eisei dan masa lalunya. Hal ini sebenarnya penting untuk memperlihatkan alasan Eisei untuk menyatukan China yang akhirnya menjadi alasan Ouki untuk menyetujui memimpin perang. Namun, rasanya durasinya harus dipersingkat.

Disisi lain, proses pelatihan dan pengalaman yang didapat Shin selama enam bulan menghilang tidak diperlihatkan. Hal ini amat disayangkan. Padahal itu bisa menjadi bagian penting yang memperlihatkan perkembangan kemampuan dari Shin hingga dirinya pantas menjadi seorang yang diandalkan. Dengan adanya adegan yang lebih panjang dan dalam terkait hal tersebut, penonton dapat memiliki pemahaman yang sama dengan Ouki dan yakin bahwa memang pantas Shin menjadi 'tokoh utama' yang sebenarnya.

Konflik muncul dengan jumlah prajurit yang terbatas, Qin harus mencari strategi untuk bisa mengalahkan Zhao. Pertarungan yang disajikan tidak seintens di film pertama atau kedua. Dalam film ketiga ini, diagram dari ketegangannya menjadi tidak stabil sebab terdapat banyak dialog dan adegan yang terselip di antara pertarungan yang membuat ketegangan yang baru dibangun, seakan tiba - tiba menurun. Hal ini juga bisa disebabkan karena perubahan pada karakter Shin yang sebelumnya menyerang dengan membabi buta, sedangkan posisinya yang menjadi Commander membuat dirinya harus berfikir lebih strategis. Sehingga karakternya pun menjadi lebih calm.

Penyelesaian cerita dilakukan dengan cukup baik. Berbeda dengan dua sekuel lainnya, film ini memiliki open ending yang lebih terasa dengan kemunculan tokoh antagonis lainnya di akhir cerita. Sehingga membuat film terhenti saat menuju ketegangan baru.

Akting dari pemain masih cukup mempesona. Sayang, karakter dari Shin sendiri tidak terlalu konsisten. Dengan pengalaman dan pelatihan yang dilakukan selama enam bulan, harusnya terjadi perubahan karakter yang signifikan dari aura tokoh tersebut. Namun, aura tersebut tidak terlalu terasa dari Kento Yamazaki.

Untuk cara dirinya merepresentasikan karakter Shin pada film pertama dan kedua, dirasa masih sesuai karena pengalaman yang belum terlalu banyak hingga membuat dirinya masih terlalu 'kekanak - kanakan'. Namun, dalam sekuel ketiga hal itu harusnya tidak terjadi lagi. Jika dibandingkan dengan animenya dimana ketangguhan dari Shin juga terlihat dari emosi yang ditampilkan pada ekspresi wajah dan caranya bersikap.

Ketidakkonsistenan itu terlihat terutama dari ekspresi yang ditampilkannya. Kemunculannya bersama dengan Ouki pertama kali di ruang kerajaan sama sekali tidak memancarkan aura badass yang seharusnya. Aura tersebut terlihat saat dirinya memberikan orasi di hadapan pasukannya yang juga dipertegas dengan dialog dari Bi Hei yang mengatakan Shin terlihat berbeda. Namun, aura itu kembali menghilang saat Shin memimpin pasukannya di medan peperangan. Ketidakkonsistenan ini membuat karakter tokoh utama menjadi lemah.

Hal yang menakjubkan sebenarnya cara Takao Osawa mewujudkan karakter Ouki. Dengan cara bicaranya yang unik, tetapi tetap memancarkan wibawa. Hal itu tidak mudah untuk dilakukan.

Dari sisi teknis, film ini masih memberikan sajian yang memuaskan. Meski terdapat beberapa adegan yang sedikit kurang dari sisi editing dan terlihat 'palsu'. Sebagai contoh saat Ten melihat pertarungan dari atas bukit. Ada adegan yang seakan latar belakang lokasi tempat Ten berada terlihat palsu.

Secara keseluruhan, film ini masih menyajikan cerita yang cukup menarik untuk ditonton. Terutama untuk melihat keterlanjutan cerita.

 

Adegan yang mengesankan:  

Ouki memberitahukan alasannya memberikan nama pada pasukan yang dipimpin oleh Shin. Dirinya mengatakan bahwa dengan pemberian nama tersebut mereka akan diingat secara luas mengenai setiap pencapaiannya. Selain itu, rekannya yang mati dalam pertempuran pun akan dikenang dengan lebih baik dengan adanya nama yang melekat pada mereka.

Pada kenyataannya, banyak sekali pahlawan dalam peperangan yang meninggal dan terlupakan begitu saja karena ketidaktahuan orang atas identitasnya. Alasan yang disampaikan dalam dialog tersebut bukan alasan kosong belaka. Sebab dengan adanya nama yang melekat, hal itu akan membuat mereka menjadi lebih dikenali.

 

Dialog mengesankan:

"Now I see how determined you are."

 

Ending:

Cliffhanger

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar