Director: Joon-ik Lee | Writers: Ji-hye Kim
Pemeran: Re Lee, Sol Kyung-gu, Uhm Ji-won, dll
IMDB : 8.2/10
Trauma yang terjadi pada masa anak - anak bisa menjadi hal
yang melekat hingga dirinya dewasa. Pemerkosaan sering terjadi pada anak - anak
karena anak - anak merupakan sosok yang bisa dikatakan 'lemah' secara fisik
untuk bisa membela dirinya dari gangguan para predator di luaran sana.
Bayangkan seberapa besar trauma yang mereka rasakan dan seringkali tidak
mendapatkan keadilan yang seharusnya.
Berdasarkan sebuah kisah nyata yang amat terkenal pada tahun
2008 yaitu kasus Cho Doo-Soon (57 tahun) yang memperkosa seorang anak perempuan
berumur 8 tahun, saat dirinya dalam keadaan mabuk. Kejadian tersebut harus
membuat anak itu mengalami cacat permanen dan mempengaruhi kehidupannya
seketika. Direktor Joon-ik lee mencoba untuk merepresentasikan kejadian tersebut
dalam sebuah film Hope.
Hope berkisahkan tentang seorang anak perempuan bernama
So-won yang hidup bersama ayah dan ibunya. Orang tuanya sibuk bekerja, dimana
sang ibu (Uhm Ji-won) memiliki toko alat tulis yang ada di bawah rumahnya,
sedangkan sang ayah (Kyung gu Sol) bekerja sebagai seorang buruh di sebuah
pabrik. Sowon bersekolah di sebuah sekolah yang berada di dekat rumahnya,
biasanya dirinya akan pulang pergi dengan berjalan kaki.
Keluarga Sowon sangat dekat dengan keluarga Young Suk yang
merupakan teman dekat Sowon di sekolah. Ibu young suk (Ra Miran) teman dekat
ibunya diperkumpulan ibu - ibu, sedangkan ayahnya (Kim Sang-ho) merupakan bos
dari ayahnya di pabrik. Meskipun Sowon dan Young suk sering bertengkar, tetapi
mereka berdua cukup dekat.
Hari itu, Young Suk menunggu Sowon di depan rumahnya, tetapi
karena malu Young Suk akhirnya pergi terlebih dahulu ke sekolah. Sowon yang
hampir terlambat, akhirnya berangkat sendiri ke sekolah. Hujan tiba - tiba
turun dengan lebat dan ibu Sowon memintanya untuk berjalan melalui jalan besar
tidak melewati gang sempit yang merupakan jalan pintas ke sekolahnya.
Sowon dihadang oleh seorang pria |
Hari buruk memang tidak ada di kalendar dan tidak dapat
diperkirakan. Dalam perjalanannya menuju sekolah, Sowon dihadang oleh seorang
pria tepat di depan sekolahnya. Pria tersebut meminta Sowon untuk berbagi
payung dengannya. Sowon saat itu kebingungan dan akhirnya tidak dapat berbuat
apa - apa. Ternyata pria tersebut membawa Sowon ke sebuah konstruksi dan
memperkosanya dengan sadis.
Sowon yang ditinggalkan dalam keadaan setengah sadar, mencoba
menghubungi kepolisian dan meminta pertolongan. Ibu Yong Suk secara tidak
sengaja melihat saat polisi dan ambulan berada di depan sekolah. Ibu Yong suk
segera menghubungi Ibu Sowon dan memberitahukan bahwa terjadi sesuatu di
sekolah, dimana seorang anak perempuan ditemukan dalam keadaan yang buruk di
konstruksi dekat sekolah. Seketika Ibu Sowon shock dan pergi ke rumah sakit
untuk memastikan apakah itu adalah Sowon.
Sowon dalam keadaan terluka di sebuah konstruksi |
Sowon memilih untuk menelpon polisi dari pada orang tuanya
meski dalam keadaan kritis, karena menganggap orang tuanya mungkin sedang sibuk
bekerja. Namun keputusan tersebut merupakan keputusan yang cerdas, sehingga
penanganan dapat dilakukan secara cepat. Sowon dalam keadaan kritis dengan beberapa
cidera parah di alat kelaminnya, anus, hingga ususnya. Seketika orang tua Sowon
terkejut saat dokter menyampaikan kondisi terkini dari anak mereka.
Dari cidera yang dialaminya, Sowon harus segera menjalani
operasi. Sowon mengalami luka sayat dan sobek pada anus hingga usus besar.
Operasi yang dilakukan adalah mengangkat anusnya dan memotong sebagian anusnya.
Sowon harus menggunakan alat tambahan untuk mengeluarkan kotoran dari ususnya.
Sowon harus menjalani seumur hidupnya dengan kondisi tersebut.
Kerja dari kepolisian berjalan lambat karena 'tidak cukupnya
bukti'. Meskipun terdapat beberapa bukti, seperti baju, dna, dsb di lokasi
kejadian. Dianggap belum cukup untuk dapat menangkap pelakunya, meski
kepolisian telah menemukan beberapa tersangka yang mungkin cocok. Untuk
mempercepat proses penangkapan pelaku, dibutuhkan kesaksian langsung dari
Sowon.
Sowon harus bersaksi dan dibantu oleh seorang psikolog anak
yang memang berpengalaman dalam menangani kasus seperti yang dialami Sowon.
Meskipun Sowon masih dalam rentang waktu 3 hari dari kejadian yang dialaminya.
Sowon diminta untuk menunjukkan wajah dari pelaku saat polisi menunjukkan
beberapa foto. Kesaksian Sowon tersebut di rekam dengan menggunakan sebuah
kamera. Setelah itu kepolisian langsung menangkap pelaku.
Ketidakadilan hukuman bagi pelaku
Dalam kasus tersebut, pelaku hanya dikenai hukuman 12 tahun.
Hakim mempertimbangkan bahwa pelaku melakukannya secara tidak sadar atau dalam
keadaan mabuk. Hal ini membuat kemarahan dari masyarakat dan meragukan keadilan
yang ada di negara tersebut.
Saat menonton film ini, penonton juga akan merasakan kemarahan
yang sama. Apalagi melihat para penegak keadilan tersebut bekerja. Kemarahan
pertama adalah saat kepolisian seakan menganggap remeh kasus tersebut.
Sedangkan korban sudah mengalami kecacatan yang akan dibawa olehnya seumur
hidup. Kemarahan selanjutnya adalah saat pelaku mengatakan di depan hakim bahwa
dirinya tidak mungkin melakukan hal tersebut.
Kondisi persidangan |
Pastinya kita akan dibuat geram juga dengan keputusan dari
hakim atas kasus tersebut. Sedangkan semua bukti sudah amat kuat, meskipun
pelaku melakukan dalam keadaan mabuk bukan berarti dapat menjadi pertimbangan
dan membuat hukuman berkurang. Itu hal yang pertama saya rasakan, karena pelaku
tersebut sudah memiliki catatan kriminal dan pernah dipenjara karena kasus yang
serupa. Sehingga harusnya malah keputusan hukuman yang diterima lebih berat.
Dalam kisah nyatanya, masyarakat membuat sebuah petisi atas
kejadian tersebut. Petisi tersebut membuahkan hasil, meski tidak menambah
hukuman dari pelaku. Namun, presekutor pada kasus tersebut akhirnya meminta
maaf dan keluarga korban mendapatkan kompensasi dari pemerintah. Meski setelah
pelaku keluar dari penjara, pelaku masih tetap tinggal di sekitar rumah korban.
Pastinya akan membuat korban mengingat kembali trauma yang dialaminya.
Terdapat beberapa perbedaan pada kisah asli dan film, tetapi
perbedaan tersebut tidak terlalu berpengaruh pada film. Perbedaan tersebut pada
lokasi pemerkosaan dan cara ditemukan. Di film, pemerkosaan terjadi di tempat
konstruksi sekitar sekolah dan Sowon menelpon polisi melalui teleponnya.
Sedangkan dalam kenyataan, dirinya diperkosa di sebuah toilet di gereja yang
terbengkalai dan ditemukan oleh orang tuanya.
Film ini mendapatkan kritik dimana dirasa membuka kembali
luka dan trauma yang korban rasakan. Namun, saya rasa karena film ini dibuat
berdasarkan persetujuan korban dan keluarganya, tujuan dari pembuatan Film ini
untuk menjadi sebuah pembelajaran bersama. Kita sebagai penonton harus bisa
lebih berhati-hati dengan sekitar kita. Agar kejadian tersebut tidak terjadi
pada orang lain.
Film ini memenangkan 7 dari 13 nominasi antara lain best
director, best screenplay, best supporting actress, best film, dan best
actress. Kelebihan dari film ini adalah totalitas peran dari masing - masing
tokohnya, baik tokoh utama ataupun tokoh pendukung.
Uhm Jiwon awalnya menolah tawaran untuk bermain dalam film
tersebut karena merasa belum bisa menunjukkan emosi sebagai ibu dari Sowon.
Namun, setelah membaca kembali skrip dari film tersebut akhirnya dirinya
bersedia untuk bergabung. Sol yang memerankan ayah Sowon juga mencoba mendalami
karakternya dengan terus menerus mengenakan pakaian dari karakternya sehingga
dirinya dapat masuk dalam karakter yang dimainkan.
Usaha yang dilakukan membuahkan hasil, karena pastinya
membuat emosi yang dirasakan oleh masing-masing tersampaikan dengan baik kepada
penonton tanpa berlebihan. Penonton dibuat merasakan kesedihan, kemarahan, dan
semua rasa berkecamuk saat menonton film ini. Saya dibuat berderai air mata
saat menontonnya. Standing Applause juga harus diberikan kepada tokoh So Won
yang diperankan oleh Re Lee, karena sebagai actress cilik pastinya peran itu
sendiri menjadi sebuah beban dan tidak mudah diperankan. Namun, dirinya dapat
memerankan dengan baik peran penting tersebut.
Kelebihan lainnya yang patut dikagumi adalah dari sisi alur
cerita, naskah cerita yang pastinya dapat merepresentasikan dengan baik dari
kisah nyata yang ada tanpa berlebihan. Make up yang digunakan juga amat
totalitas, karena benar benar terlihat nyata.
Beberapa kejadian yang pastinya dapat dijadikan pelajaran
adalah kerja dari kepolisian dalam mengalami kasus seperti ini. Kasus
perkosaaan bukanlah kasus yang remeh, karena ada korban yang mengalami trauma
dan kehidupannya hancur. Sehingga tidak seharusnya mengesampingkan kemanusiaan
dalam mengambil keputusan dan dalam melakukan penyelidikan. Kerugian yang
dialami korban kalau diberikan nilai, tidak ada batasan nilai yang dapat
menyamainya.
Selain itu, ada adegan dimana reporter mengejar-ngejar hingga
ke rumah sakit untuk mendapatkan berita. Seharusnya sebagai seorang korban
perlu perlindungan yang tinggi. Sebagai pencari berita, reporter juga harus
memiliki kemanusiaan dan tidak membuat korban atau keluarga korban yang sedang
dalam kondisi terpuruk makin terpuruk.
Seperti yang disampaikan diatas, bahwa kejadian tersebut
bukanlah kejadian yang kita harapkan. Sehingga saat mengalami kejadian tersebut
dan menyebabkan harus adanya biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, operasi,
dsb harusnya tidak dibebankan kepada korban. Bagaimana tidak, seperti jatuh
tertimpa tangga. Sudah dikenai sebuah kemalangan, kemudian harus juga
memikirkan biaya pengobatan dsb.
Dari menonton film ini, kita jadi mengetahui bahwa di dunia
yang tidak terduga ini, banyak hal yang perlu kita waspadai. Kita perlu lebih
berhati - hati terutama bagi anak - anak. Pelaku bisa jadi dari orang yang
tidak kita kenal sama sekali atau bisa jadi dari orang yang kita kenal.
Sehingga kita perlu mewaspadai agar tidak terjadi hal yang serupa.
"Kau terlahir ke dunia merupakan anugrah"
Perlu juga dukungan bagi para korban dan keluarganya dari
segi psikis untuk dapat mengurangi trauma yang mereka alami dan membantu mereka
untuk bisa kembali menjalani hidup mereka. Selain itu, perlu juga diajarkan
kepada anak - anak bagaimana mereka harus bersikap saat ada temannya yang
mengalami hal tersebut. Korban pastinya akan merasa minder dan takut
diolok-olok oleh temannya. Sehingga memang penting kita mengajari anak - anak
untuk dapat bersikap kepada korban.
Film ini patut diberikan nilai 10 dari 10. Diberikan nilai
sempurna, karena dari segi cerita, pesan dan pelajaran yang kita dapat, peran
dari masing - masing pemeran, film ini memang pantas untuk ditonton dan dapat
ditonton berulang kali. Saya rekomendasikan kamu untuk menonton film tersebut.
"Orang kesepian adalah orang paling baik. Orang yang
bersedih senyumnya paling cerah, Karena mereka tidak mau orang lain merasakan
sakit yang sama."
===
(aluna)
1 Komentar
Good job
BalasHapus