Ride or Die (Original title: Kanojo)
| 2021 | 2h 22m
Genre
: Crime/Romance/Drama/Thriller | Negara: Jepang
Director:
Ryûichi Hiroki |
Writers: Nami
Yoshikawa, Ching Nakamura
Pemeran: Kiko Mizuhara, Honami Satô,
Shinya Niiro
IMDB: 5.6
My
Rate : 6/10
Rei membunuh suami Nanae, wanita yang disukainya sejak dahulu, sebagai upaya untuk membebaskannya dari suaminya yang abusive. Mereka pun mulai mencoba untuk mengenali perasaan masing - masing selama dalam pelarian.
Peringatan:
Terdapat
adegan pembunuhan, kekerasa, ketelanjangan, seksual, rokok, alkohol, dan LGBT
Sinopsis
:
Rei
(Kiko Mizuhara) bekerja sebagai seorang ahli bedah yang sukses dan tinggal
bersama dengan pasangannya. Suatu hari, teman dari masa lalunya kembali
menghubunginya. Dia adalah Nanae (Honami Sato), wanita yang disukainya sejak
masa sekolah. Rei yang terkejut akhirnya menemui Nanae.
Nanae
memberitahukan kepada Rei mengenai pernikahannya yang menyedihkan dan bagaimana
suaminya memperlakukannya dengan memperlihatkan luka pada tubuhnya. Rei
merasakan kesedihan saat melihat luka tersebut. Nanae mengatakan bahwa semua
akan berakhir entah dengan kematian dirinya atau kematian suaminya.
Rei ternyata
menganggap serius ucapan Nanae. Rei pun mendatangi suami Nanae dan menggodanya,
kemudian membunuhnya secara sadis. Rei pun melarikan diri dan memberitahukan
kejadian tersebut kepada Nanae. Nanae pun mencari keberadaan Rei dan mencoba
untuk melarikan diri bersama.
Nanae
tidak menyangka bahwa Rei benar - benar akan membunuh suaminya. Hubungan antara
keduanya menjadi tidak jelas. Rei yang sejak awal menunjukkan ketertarikannya
kepada Nanae, selalu dipandang sebelah mata oleh orang sekitarnya termasuk
dengan Nanae. Namun, pelarian tersebut seperti membuka hal tersembunyi dalam
hati mereka masing - masing.
Ulasan :
Ride
or Die adalah film yang diadapatasi dari serial manga berjudul Gunjo karangan
Ching Nakamura. Ide cerita yang diangkat dalam film ini menyinggung tema LGBT.
LGBT sendiri di Jepang mungkin sudah dianggap sedikit lumrah, meski masih
mendapatkan tatapan miring dari masyarakat. Sehingga film ini bisa dibilang
mengambil langkah yang cukup berani.
Mengesampingkan
tema tersebut, pesan yang ingin disampaikan dalam film ini sebenarnya cukup
mendalam. Pesan yang diingin diperlihatkan adalah bagaimana seorang yang amat
mencintai akan melakukan apapun untuk melindungi orang yang dicintainya
termasuk dengan membunuh. Hanya saja, eksekusi dari film ini sendiri terasa
kurang maksimal. Chemistry antar karakternya sedikit kurang terbangun.
Cerita
disajikan dengan alur maju mundur, dengan memperlihatkan masa lalu dari tokoh
dibeberapa adegan. Namun, cerita seakan kurang fokus dan terlalu banyak
mengeksploitasi tubuh dari para pemain. Bahkan kadang terlalu berlebihan dan
seakan tidak tepat momennya. Padahal jika ingin memfokuskan pada permainan
emosional pemain akan terasa sedikit lebih baik. Selain itu, film terlalu
panjang seakan beberapa adegan yang coba ditampilkan tidak terlalu menambah
nilai dari cerita.
Latar
belakang cerita dibangun dengan cukup baik, memperlihatkan keterhubungan antara
keduanya. Namun, pembangunan konflik sedikit kurang, dialog dan ekspresi yang
digunakan kurang menyentuh kadang juga tidak jelas peruntukannya. Penyelesaian
dilakukan dengan cukup baik dengan perkembangan karakter yang terlihat dari
tiap tokohnya.
Akting
dari para pemain tidak ada yang istimewa, tetapi dapat dikatakan cukup baik.
Pemilihan tokoh Rei dan Nanae di masa sekolah seakan kurang sesuai dengan Rei
dan Nanae dewasa. Tidak ada kemiripan baik dari segi wajah ataupun sifat
karakternya. Sehingga kurang terasa koneksi antar tokoh tersebut.
Pergerakan
kamera terkadang sedikit kurang fokus, bergoyang, dan kurang rapi. Komposisi
warna dan pencahayaan cukup baik. Pemilihan musik dan sound effect cukup baik.
Secara
keseluruhan film ini memiliki potensi untuk dapat disajikan dengan lebih baik
dan menyentuh. Banyak hal yang dapat dioptimalkan lebih.
Adegan
yang mengesankan:
Rei yang telah membunuh suami Nanae
menelpon Nanae untuk memberitahukan hal tersebut. Dirinya berdiri di pinggir
jembatan dengan perasaan yang kacau. Dalam adegan ini kita melihat perasaan
yang sebenarnya dirasakan oleh Rei. Perasaan lega tetapi juga bercampur dengan
ketakutan atas konsekuensi tindakan yang dilakukannya.
Dialog mengesankan:
"I could't bear you not being in my life!"
Ending:
Cliffhanger
Rekomendasi:
Okay
to Watch
(Aluna)
0 Komentar