Tahun 30-an menjadi tahun yang
memberikan pertumbuhan yang signifikan dalam dunia perfilman. Banyak bintang -
bintang dan genre - genre baru bermunculan. Namun, periode ini juga
memperlihatkan bagaimana sulitnya para aktor film bisu untuk beradaptasi dan
bertahan.
Perfilman Eropa mulai memperlihatkan
kemampuan mereka dan memberikan pengaruh yang cukup besar pada perfilman
global. Masalah fluktuasi ekonomi menjadi masalah yang amat berpengaruh di
Hollywood. Hal ini membuat banyaknya film dengan budget rendah yang bermunculan.
Selain itu, pada masa ini sensor film mulai diterapkan untuk memberikan
tontonan yang lebih baik untuk segala umur.
Adapun 10 film yang masuk dalam Box
Office pada era tersebut adalah:
![]() |
(Sumber: Bergan, Ronald. (2011). The Film Book: A Complete Guide to the World of Film. New York. DK Publishing.) |
1.
Gone
With the Wind (Victor Fleming, US, 1939)
Film ini diadaptasi dari novel tahun
1936 karangan Margaret Mitchell. Kesuksesan yang diperolehnya membuat film ini
jadi highest-grossing sepanjang waktu bahkan hingga saat ini. Memenangkan 8
penghargaan yaitu, Best Picture, Best Director (Victor Fleming), Best Actress
(Vivien Leigh), dan Best Supporting Actress (Hattie McDaniel – the first
African American to win an Oscar).
Film ini bercerita tentang Scarlett
O’Hara, anak dari keluarga kaya, jatuh cinta pada seorang gentleman bernama
Ashley Wilkes. Sayangnya Ashley memilih untuk menikah dengan wanita idamannya,
Melanie Hamilton dan menolak pernyataan cinta Scarlett serta membuatnya patah
hati. Demi bisa dekat dengan Ashley, Scarlett menikahi saudara Melanie,
Charles. Namun, Charles meninggal akibat sakit dalam perang dan Ashley harus
pergi ke Atlanta untuk menemani Melanie.
Ashley bekerja sebagai suster saat
peperangan terjadi dan dirinya menyadari mengenai kerasnya dunia yang
sesungguhnya. Ashley membantu Melanie yang telah melahirkan anaknya, untuk
kembali ke Tara. Namun, ternyata kondisi keluarganya di Tara tidak seperti
bayangannya. Ibunya meninggal, ayahnya kehilangan akalnya, dan perkebunan
mereka hancur. Dirinya pun memilih untuk melakukan segala cara untuk bisa
mengembalikan keberuntungan keluarganya termasuk dengan melakukan manipulasi
pernikahan.
Melanie meninggal dunia karena
sakit. Scarlet akhirnya menyadari bahwa Ashley tidak benar - benar mencintainya
dan Scarlet mencintai Rhett, suami terakhirnya. Scarlet mencoba untuk kembali
pada Rhett dan meminta Rhett untuk tetap tinggal. Hanya saja, semua tidak
berjalan seperti seharusnya.
2.
Snow
White and the Seven Dwarfs (David Hand, US, 1937)
Film ini menceriatkan tentang Snow
White yang hidup dalam bayang - bayang kecemburuan Ibu tirinya, Evil Queen.
Evil Queen tidak terima saat cermin ajaib mengatakan bahwa Snow White merupakan
gadis tercantik. Evil Queen menyuruh seseorang untuk membunuh Snow White.
Namun, orang tersebut melepaskan Snow White dan Snow White pun berakhir di
rumah misterius di tengah hutan.
Rumah tersebut merupakan milik Seven
Dwarfs. Setelah diijinkan untuk tinggal disana, Snow White pun membantu untuk
mengurus rumah dan ketujuh kurcaci tersebut. Evil Queen yang mengetahui hal
tersebut mengubah dirinya menjadi nenek tua dan memberikan apel beracun kepada
Snow White. Ketujuh kurcaci kaget saat menemukan Snow White yang tidak sadarkan
diri.
Evil Queen berhasil dikalahkan oleh
para kurcaci dan tubuh Snow White pun diletakkan dalam peti mati dari kaca.
Suatu hari, seorang pangeran tidak sengaja melihatnya dan jatuh cinta. Sebuah
ciuman yang diberikan oleh pangeran akhirnya berhasil membangunkan kembali Snow
White.
3.
The
Wizard of Oz (Victor Fleming, US, 1939)
Film ini diadaptasi dari Novel tahun
1900 dengan judul The Wonderful Wizard of Oz karya L. Frank Baum. Film ini
salah satu film yang pertama kali menggunakan Technicolor yang dramatis dan
amat memukau penonton yang diawali dari sepia tones dan berubah menjadi penuh
warna. “Over the Rainbow” menjadi lagu legendaris yang masih cukup terkenal
hingga saat ini.
Film ini bercerita tentang Dorothy
gadis kecil yang memiliki impian untuk tinggal di 'over the rainbow' pergi
kabur dari rumah setelah anjingnya mendapatkan masalah dengan tetangganya. Saat
Dorothy ingin kembali ke rumah, tiba - tiba dia terjebak dalam tornado dan
tidak sadarkan diri. Saat dirinya sadar, Dorothy telah berada di Oz dan tidak
sengaja mengalahkan penyihir jahat dari timur. Namun, penyihir jahat dari barat
datang dan menuntut balas. Glinda, memberikan sandal Ruby kepadanya dan
menyuruhnya mengikuti Yellow Brick Road hingga kota Emerald. Misinya adalah
untuk mencari sosok misterius Wizard of Oz untuk membantunya pulang.
Dorothy pun melakukan perjalanan
dengan tiga temannya, tetapi penyihir jahat tetap mengikuti mereka. Dorothy
bertemu dengan the Wizard dan mendapatkan syarat untuk membawa sapu penyihir
kepadanya. Dorothy pun menyusup ke kerajaan penyihir jahat dan berhasil
mengalahkannya.
Mereka menyadari bahwa Wizard yang
mereka temui hanyalah orang biasa dan bukan penyihir yang sebenarnya. Namun,
pria tersebut akan membantu Dorothy untuk kembali pulang menggunakan balon
udara. Meski akhirnya Dorothy gagal karena balon udara terbang tanpa dirinya.
Glinda muncul dan memberitahu Dorothy cara untuk kembali pulang. Dorothy
akhirnya bisa kembali pulang dan menyadari betapa berharga yang telah
dimilikinya selama ini.
4.
Frankenstein
(James Whale, US, 1931)
Film ini diadaptasi dari Novel tahun 1818 karya Mary Shelley meski terdapat beberapa detail yang berbeda. Penampakan rupa dari monster itu sendiri tidak berdasarkan penggambaran dari dalam novel, melainkan hasil imajinasi dari Jack Pierce. Awalnya monster tersebut dibuat dapat berbicara, tetapi akhirnya dibiarkan bisu untuk menambah simpati dan horror dari karakter. Banyak orang yang mengira bahwa nama Frankenstein merupakan nama dari monster tersebut, padahal merupakan nama scientist yang menciptakannya.
Henry Frankenstein dibantu oleh asistennya Fritz, mencoba melakukan eksperiment untuk menghidupkan kembali orang mati. Henry melakukan hal tersebut bukan hanya karena obsesinya akan pengetahuan tetapi juga obsesi pribadinya untuk mengendalikan kehidupan. Henry berhasil menghidupkan kembali tubuh yang disusunnya dari beberapa potongan tubuh dengan bantuan dari petir. Sayangnya, tubuh tersebut tidak memiliki kepintaran yang cukup karena Fritz membawa otak yang tidak normal untuk eksperimen tersebut.
Meski kemampuan makhluk tersebut
tidak lebih dari anak - anak, tetapi Henry dan Fritz memperlakukannya bagai
monster. Setelah membunuh Fritz dan Dr. Waldman, makhluk tersebut pergi
melarikan diri dan bertemu dengan gadis kecil bernama Maria. Saat bermain
bersama, makhluk tersebut tidak sengaja menenggelamkan Maria dan membuatnya
tewas. Masyarakat yang mengetahui hal tersebut marah dan mulai memburunya.
Makhluk tersebut kembali ke Castle
dengan cara menyelinap saat malam pernikahan Henry dan Elizabeth. Elizabeth
terluka akibat serangan yang diterimanya dan Henry pun akhirnya ikut bersama
warga untuk memburu makhluk itu. Setelah pergulatan yang intens, Makhluk
tersebut terjebak di kincir angin yang akhirnya dibakar oleh para warga.
5.
King
Kong (Merian Cooper and Ernest Schoedsack, US, 1933)
Film King Kong menjadi pionir dalam
penggunaan spesial efek seperti stop-motion photography dengan menggunakan
model miniatur, dikombinasikan dengan rear projection, matte paintings, dan
live-action. Film dengan penggabungan genre adventure, horror, romance, dan
tragedi ini menjadi blueprint perfilman modern blockbuster. Lucunya awalnya
karakter King Kong sendiri direncanakan sebagai karakter Kadal tetapi berubah
saat pengembangan. Untungnya tidak jadi menggunakan Kadal ya, hehe.
Film ini menceritakan tentang Carl
ingin membuat film dan membawa semua pemain, termasuk Ann, serta krunya ke
tempat bernama Skull Island tanpa sepengetahuan mereka. Tempat tersebut
merupakan tempat misterius yang memiliki banyak rumor berbahaya. Mereka kemudian
mengetahui sebuah ritual yang dilakukan oleh warga asli yang berhubungan dengan
Giant Wall dan pengantin untuk sosok misterius, Kong. Ann pun diculik untuk
dipersembahkan kepada Kong, yang ternyata berwujud Ape yang besar.
Kong membawa Ann ke dalam hutan dan
melindunginya dari makhluk lain yang ada di dalam hutan tersebut. Jack berhasil
menemukan Ann dan menyelamatkannya saat perhatian Kong teralihkan. Di sisi
lain, Carl menangkap Kong dengan menggunakan bom gas dan membawanya ke kota.
Denham menjadikan Kong sebagai
tontonan di Broadway Theater. Keadaan menjadi kacau saat flash dari photo
mengenai Kong dan membuatnya mengamuk. Kong melarikan diri dan mencari Ann
serta membawanya ke atas Empire State Building. Pesawat tempur mulai menghujaninya
dengan peluru dan membuat Kong akhirnya tergeletak di tanah.
6.
San
Francisco (Woody Van Dyke, US, 1936)
Film ini menjadi salah satu yang
memperoleh pendapat terbesar tahun 1936 dan mendapatkan kesuksesan yang besar.
Film ini berhasil mendapakan nominasi dalam 6 Academy Award yaitu Best Picture,
Best Director, Best Actor (Spencer Tracy), dan kemenangan atas Best Sound
Recording (Douglas Shearer). Adegan gempa bumi dilakukan dengan menggabungkan
antara Miniatures, realistic sets, optical effects, dan creative sound design.
Selanjutnya menjadi inspirasi dalam film seperti Earthquake (1974) dan Titanic
(1997). Lagu yang digunakan yang berjudul San Francisco menjadi unofficial
anthem untuk kota tersebut dan masih diputar hingga sekarang setiap tanggal 18
April.
Film ini bercerita tentang kota San
Fransisco yang ramai dan penuh kontras antara masyarakat kelas atas dan
kerasnya Pantai Barbary. Blackie pemilik klub malam mempekerjakan Mary Blake
sebagai penyanyi di tempatnya. Mereka pun mulai tertarik satu sama lain meski
moralitas keduanya amat berbeda. Blackie bisa dibilang memiliki moral yang
sedikit buruk, sedangkan Mary merupakan sosok sopan dan anggun serta memiliki
impian yang besar. Pastor Tim Mullin berharap Blackie dapat berubah menjadi
lebih baik.
Mary kemudian mendapatkan tawaran di
Opera San Francisco yang pastinya lebih baik. Meski terdapat keraguan dalam
dirinya, Mary tetap memilih impian daripada cinta. Blackie tidak ingin
melepaskannya, tetapi sikap Blackie yang tidak ingin berkembang membuat Mary
menjauh. Mary pun memiliki kehidupan yang semakin baik, sedangkan Blackie
menjadi semakin terpuruk.
April 1906, terjadi gempa bumi yang
amat dahsyat dan menghancurkan kota. Blackie berusaha untuk mencari keberadaan
Mary, karena dirinya sadar betapa berharga Mary bagi hidupnya. Pencarian
tersebut akhirnya membuahkan hasil. Mary dan Blackie bertemu kembali dengan
Blackie yang menjadi versi lebih baik dari dirinya.
7.
=
Hell's Angels (Howard Hughes, US, 1930)
Film ini memiliki banyak hal menarik
yang perlu diketahui. Film ini merupakan salah satu film pertama yang
menggunakan sinkronisasi antara suara dan dialog, ditambah dengan penggunaan
two-color technicolor. Beberapa adegan
pertempuran udara yang dilakukan menggunakan pesawat WWI asli dengan lebih dari
70 pilot - terdapat beberapa yang tewas selama produksi dan Hughes juga
mengalami kecelakaan yang membuatnya cidera. Biaya yang dibutuhkan untuk
produksi termasuk yang paling besar pada masa itu dan Hughes yang perfeksionis
membuat film ini memakan waktu lama untuk rilis.
Film ini menceritakan Roy dan Monte,
dua bersaudara dari Inggris yang memiliki kepribadian yang berbeda. Roy
memiliki jiwa yang mulia dan idealis, disisi lain Monte cukup sinis dan suka
menggoda wanita. Keduanya jatuh cinta pada wanita yang sama, yaitu Hellen. Roy
tidak mengetahui gaya hidup Hellen yang sebenarnya dan percaya bahwa wanita
tersebut lugu dan berbudi luhur. Roy dan Monte mendaftar ke Royal Flying Corps
dan melakukan pertempuran udara yang mematikan pada Perang Dunia I.
Ketegangan dalam peperangan selaras
dengan ketegangan yang terjadi di antara Roy dan Monte. Kebenaran mengenai
Helen pun sedikit demi sedikit terungkap dan membuat Roy kecewa. Dengan tugas
yang makin berbahaya, Roy dan Monte dikirim ke dalam misi pengeboman di
belakang garis musuh di Jerman.
Monte dan Roy tertangkap oleh Jerman
dan dipaksa untuk membuka suara agar dapat selamat. Namun, Monte ingin
menyelamatkan dirinya dengan membuka informasi yang diketahuinya. Sehingga Roy
membunuh Monte untuk mencegahnya menyerah di bawah tekanan. Roy pun akhirnya
dieksekusi.
= Lost Horizon (Frank Capra, US, 1937)
Lost Horizon merupakan salah satu
film yang cukup ambisius dan memiliki biaya produksi paling mahal pada masanya.
Diadaptasi dari Novel tahun 1933 berjudul Lost Horizon karya James Hilton yang
memperkenalkan konsep “Shangri-La” ke budaya Barat yang menjadi simbol
hilangnya kepolosan, idealisme, dan kedamaian spiritual. Istilah “Shangri-La”
kemudian diadopsi oleh Presiden AS Franklin D. Roosevelt untuk menamai tempat
peristirahatan presiden—yang sekarang disebut Camp David. Film ini memenangkan
dua penghargaan Academy Award yaitu Best Art Direction dan Best Film Editing.
Film ini bercerita tentang Diplomat
Inggris Robert Conway bersama saudaranya George, akan mengevakuasi sekelompok
orang Barat dengan pesawat dan membawa mereka ke tempat aman. Namun, di dalam
perjalanan pesawat tersebut dibajak dan jatuh di Himalaya. Para penumpang
tersebut diselamatkan oleh penduduk setempat yang misterius. Mereka dibawa ke
tempat tersembunyi yang bernama Shangri-La. Tempat tersebut merupakan lembah
indah yang terlindungi dari dunia luar.
Kehidupan yang damai pun dirasakan
mereka di Shangri-La. Sang Lama Agung mengatakan bahwa Conway sengaja dibawa ke
tempat tersebut untuk menjadi penerusnya. Conway yang telah jatuh cinta dengan
Sondra, perempuan kelahiran lembah tersebut merasa tersentuh dengan perkataan
tersebut. Namun, George merasa skeptis dan bertemu dengan Maria, wanita
misterius yang mengklaim Shangri-La adalah penjara, bukan surga. Konflik timbul
dalam diri Conway, sedangkan Maria terus meyakinkan George tentang kepalsuan
tempat itu.
Conway dan George pun melarikan diri
bersama Maria hanya untuk menemukan sosok asli dari Maria. Maria yang telah
berumur ratusan tahun tidak menua akibat sihir Shangri-La. Namun, saat dirinya
keluar dari tempat tersebut dirinya langsung menua dan mati. George pun bunuh
diri karena merasa takut. Conway mengalami trauma berat dan amnesia. Namun,
dirinya mulai terobsesi untuk kembali mencari Shangri-La setelah ingatannya
sedikit demi sedikit kembali.
= Mr. Smith Goes to Washington (Frank Capra, US, 1939)
Film ini cukup menimbulkan
kontroversi karena sebagian Senator US merasa tersinggung dengan penggambaran
Congress sebagai koruptor dan tidak jujur. Film ini juga dilarang keras di
negara - negara totaliter karena pesan pro-demokrasi. Sedangkan menjadi film
wajib untuk ditonton di Amreka dan digunakan untuk mempromosikan cita-cita
demokrasi di luar negeri. Skenario cerita didasarkan pada cerita yang belum
diterbitkan berjudul The Gentleman from Montana oleh Lewis R. Foster.
Film ini bercerita tentang, seorang
senator AS yang meninggal dunia dan Jefferson Smith, seorang pemimpin Boy
Ranger yang lugu dipilih untuk menggantikannya. Pengalaman politiknya yang
kurang membuat dirinya diharapkan hanya menjadi pimpinan yang diam dan mudah
dimanipulasi. Smith tiba di Washington dengan penuh kekaguman dan patriotisme.
Dirinya pun mengidolakan Senator Joseph Paine yang merupakan tokoh yang
disegani dan juga teman lama ayahnya. Namun idealisme Smith segera diuji oleh
sinisme Capitol Hill.
Smith mengusuljan rancangan
rancangan undang-undang untuk mendirikan perkemahan khusus anak laki-laki di
negara bagian asalnya. Smith tidak mengetahui bahwa lokasi yang ingin
digunakannya telah dialokasikan untuk proyek bendungan korup yang didukung Jim
Taylor. Taylor dan Senator Paine bersekongkol untuk menghancurkan reputasi
Smith dengan menuduhnya melakukan korupsi dan menuntut pengusirannya. Smith
yang hampir menyerah akhirnya kembali bangkit setelah pesan menohok dari
Clarissa, sekretarisnya yang meyakinkanya untuk melawan.
Smith berusaha untuk membela diri
dan menunda pemungutan suara dengan berbicara selama lebih dari 24 jam. Smith
akhirnya pingsan karena kelelahan dan membuat Senator Paine diliputi dengan
rasa bersalah dan mengakui kebenaran. Smith pun akhirnya menang dengan
integrasinya.
8.
Maytime
(Robert Z. Leonard, US, 1937)
Film ini didasarkan pada operet
Sigmund Romberg tahun 1917 Maytime, meski tidak sepenuhnya serupa. Maytime
menjadi film terlaris di seluruh dunia pada tahun. Awalnya film ini
direncanakan sebagai film dengan Technicolor pertama MGM, tetapi setelah kematian
produser Irvinf Thalberd, proyek kembali ke format hitam putih.
Film ini bercerita tentang Nona
Morrison yang bercerita kepada Barbara Roberts yang memiliki impian untuk
mengejar karirnya di luar kota tentang masa lalunya. Nona mengungkapkan bahwa
dirinya pernah menjadi Marcia Mornay, penyanyi opera yang ternama dan menikah
dengan Nocplai Nazaroff tetapi bukan atas dasar cinta. Marcia lalu bertemu
dengan Paul Allison, meski ada perasaan yang timbul, Marcia tetap memegang
komitmen hubungannya dengan Nazaroff.
Tujuh tahun kemudian, Marcia dan
Paul kembali bertemu. Setelah Paul tampil sebagai bariton di hadapan Marcia
yang melakukan debutnya di AS. Nazaroff pun merasa cemburu terutama setelah
melihat kemampuan dan bakat yang dimiliki keduanya.
Kecemburuan Nazaroff memuncak dan
meledak. Cerita mereka pun berakhir dengan penyelesaian yang dramatis yang
meninggalkan patah hati. Selesai menceritakan kisahnya, Nona Morrison meninggal
dunia dengan tenang. Meninggalkan Barbara yang menjalani kisah cintanya
sendiri.
Itu dia 10 judul film yang masuk
dalam daftar 10 film box office tahun 1930an. Dari film yang bertemakan
peperangan, romantisme, bahkan film animasi yang menarik. Semua memberikan
cerita yang cukup beragam. Bahkan banyak diantara film tersebut juga yang masih
meninggalkan jejak pada hingga saat ini. Apakah kamu tertarik untuk
menontonnya?
(Aluna)
0 Komentar