Tahun 1950, dunia pertelevisian
mulai eksis dan membuat film sedikit terancam. Jumlah penonton yang pergi ke
Bioskop mulai menurun. Studio film mulai mencari berbagai macam cara untuk
menarik kembali minat para penonton. Termasuk dengan adanya kelonggaran dalam
peraturan mengenai tema dewasa yang sebelumnya dilarang untuk ditampilkan dalam
film. 3D Film dan Cinerama juga mulai digunakan untuk menunjukkan inovasi yang
menarik.
Adapun 10 film yang masuk dalam
daftar Box Office pada tahun 1950-an antara lain:
1.
Lady
and the Tramp (Clyde Geronimi, Wilfred Jackson, and Hamilton Luske, US, 1955)
Film ini diadaptasi dari cerita pada
majalah Cosmopolitan karya Ward Greene tahun 1945 dengan judul "Happy Dan,
the Cynical Dog". Film ini merupakan film aimasi pertama yang direkam
dalam format layar lebar (CinemaScope). Hal ini menjadi tantangan bagi para
animator karena media tayang yang lebih lebar. Sehingga peletakan karakter,
desain latar belakang, dan unsur lainnya harus diperhatikan.
Film ini menceritakan tentang Lady,
anjing Cocker Spaniel, hidup dengan penuh manja bersama dengan keluarga
manusianya, Jim Dear dan Darling. Namun, seorang bayi muncul di tengah-tengah
keluarga tersebut, Lady merasa sedikit terabaikan. Terlebih saat pemiliknya
pergi, Bibi mereka datang dengan membawa kucing - kucing Siam yang nakal dan
sering membuat kenakalan. Lady pun akhirnya memilih melarikan diri dan
membuatnya tersesat serta ketakutan.
Lady pun bertemu dengan Tramp,
anjing liar yang menunjukkan cara hidup tanpa manusia. Petualangan demi
petualangan pun dilakukan bersama. Cinta yang timbul dalam hati Tramp terhalang
oleh perbedaan latar belakang dan pandangan hidup yang memicu ketegangan di
antara mereka. Lady ditangkap oleh penangkap anjing, masa lalu Tramp yang kelam
pun terungkap.
Lady dan pemiliknya melihat Tramp
yang mencoba untuk menyelamatkan bayi tikus hingga mempertaruhkan nyawanya. Hal
ini membuat pemilik Lady akhirnya memutuskan untuk mengadopsi Tramp. Tramp dan
Lady akhirnya kembali bersatu menjadi pasangan penuh kasih.
2.
Peter
Pan (Clyde Geronimi, Wilfred Jackson, and Hamilton Luske, US, 1953)
Film ini berdasarkan pertunjukan J.
M. Barrie tahun 1904 dengan judul Peter Pan, or the Boy Who Wouldn't Grow Up.
Peter Pan menjadi film animasi Disney yang terakhir yang dirilis dengan Nine
Old Men, sembilan animator asli Disney yang bekerja sama. Para animator ini
memberikan peranan penting dalam membentuk jaman keemasan animasi.
Film ini mengisahkan Wendy, John,
dan Michael yang bertemu dengan Peter Pan. Setelah membantu Peter Pan untuk
memasang kembali bayangannya, mereka pun ikut bersama Peter Pan ke Never Land.
Pulau ajaib yang dipenuhi dengan keajaiban, juga bajak laut, putri duyung, dan
lainnnya.
Mereka pun bertemu dengan Kapten
Hook yang jahat dan merupakan musuh bebuyutan Peter Pan. Lost Boys menganggap
Wendy sebagai sosok Ibu, hal ini membuat Tinker Bell merasa cemburu. Hook
menangkap Wendy dan anak - anak lainnya dan berencana untuk memaksa mereka
berjalan di atas papan.
Akhirnya Peter Pan dengan bantuan
Tinker Bell berhasil menyelamatkan mereka dan mengalahkan Kapten Hook. Wendy
dan adik - adiknya memutuskan untuk tidak menetap di Never Land. Wendy dan
adik-adiknya terbangun di kamar mereka, mereka tidak yakin apakah ingatan
bersama Peter Pan nyata adanya atau hanya sebuah mimpi belaka.
3.
Cinderella
(Clyde Geronimi, Wilfred Jackson, and Hamilton Luske, US, 1950)
Film Cinderella didasarkan pada
dongeng Charles Perrault tahun 1697. Perang Dunia II membuat Disney mengalami
kesulitan keuangan. Cinderella menjadi film penentu kelangsungan dari Walt
Disney Studios, dan beruntungnya film ini dapat menyelamatkan mereka. Bahkan
pendapatan dari film ini dapat mendanai proyek - proyek dari Disney
selanjutnya.
Film ini menceritakan tentang
Cinderella yang terpaksa hidup sebagai pelayan setelah kematian ayahnya.
Kehidupan tersebut tidak lain disebabkan oleh ibu dan saudara - saudara tirinya
yang kejam. Meski demikian, perlakuan buruk itu tidak mengubah kepribadian
Cinderella yang baik hati. Hingga suatu ketika, kerajaan mengumumkan pesta
dansa untuk mencari pasangan bagi pangeran. Cinderella pun ingin hadir dalam
acara tersebut, meski dihalangi oleh keluarganya.
Cinderella tidak memiliki pakaian
yang layak untuk pergi sebab pakaiannya telah dirusak oleh keluarganya. Ibu
peri pun hadir dan mencoba membantu Cinderella dengan memberikan gaun indah dan
kereta kuda. Cinderella pun akhirnya dapat pergi ke pesta dansa tetap harus
kembali pulang sebelum tengah malam. Cinderella tidak sengaja meninggalkan
sepatu kacanya saat sedang melarikan diri. Sepatu tersebut yang akhirnya
digunakan pangeran untuk mencari keberadaan Cinderella.
Ibu tirinya mengetahui bahwa
Cinderella lah wanita misterius tersebut. Dengan bantuan teman - teman
tikusnya, Cinderella berhasil lepas dari kurungan dan bertemu dengan Pangeran.
Pernikahan pun terjadi dan mengubah kehidupannya.
4.
The
Ten Commandments (Cecil B. DeMille, US, 1956)
Film ini berdasarkan Bible, Buku
Exodus dan beberapa sumber lainnya. Film ini merupakan film termahal yang
pernah dibuat dan menjadi film terlaris setelah disesuaikan dengan inflasi.
Ditengah produksi, Cecil mengalami serangan jantung yang hampir fatal, untungnya
proses produksi masih bisa dilanjutkan. Adegan yang paling ikonik dalam sejarah
perfilman saat adegan terbelahnya Laut Merah.
Film ini menceritakan tentang Musa
yang dihanyutkan oleh Ibunya ke sungai untuk menghindari perintah Firaun yaitu
membunuh semua bayi laki - laki Ibrani. Musa ditemukan dan diadopsi oleh putri
Firaun. Setelah dewasa, Musa dicintai rakyatnya dan dipandang akan menjadi
calon pewaris. Namun, Musa akhirnya mengetahui identitas dirinya yang
sebenarnya dan menjadi bimbang.
Setelah membunuh seorang mandor
Mesir yang memukuli seorang budak, Musa pun melarikan diri ke padang pasir.
Dirinya menikahi Sephora, putri Yitro, tempat dia berlindung dan bertemu dengan
Tuhan. Tuhan memerintahkannya untuk kembali ke Mesir dan membebaskan para
budak. Dengan bantuan Tuhan, Ramses yang saat ini menjadi Firaun akhirnya
mengalah. Musa pun dapat membebaskan para budak.
Saat sedang dalam pengejaran
Rameses, Musa tertolong karena Laut Merah yang membelah dan menjadi jalan
mereka untuk lolos. Musa pun menerima Sepuluh Perintah Allah di atas Gunung
Sinai. Namun, saat dirinya kembali ke bangsanya, mereka malah menyembah anak
lembu Emas. Musa pun memecahkan loh - loh batu tersebut, dan kembali lagi
dengan hukum - hukum yang diperbaharui.
5.
Ben-Hur
(William Wyler, US, 1959)
Film ini merupakan remake dari film
bisu tahun 1925 dengan judul yang sama dan juga merupakan adaptasi dari novel
tahun 1880 karya Lew Wallace dengan judul Ben-Hur: A Tale of the Christ. Film
ini memenangkan 11 Academy Awards yang merupakan sebuah rekor pada masa itu.
Adegan perlombaan kereta perang direkam dengan kuda sungguhan dan tanpa CGI,
serta menjadi aksi terhebat dalam sejarah perfilman.
Judah Ben-Hur, pangeran Yahudi kaya
raya, tinggal di Yerusalem bersama keluarganya. Messala, teman masa kecilnya,
kini setia pada kekaisaran. Judah menolak untuk mengkhianati rakyatnya dan
mendukung pemerintahan Romawi. Judah dituduh oleh Messala melakukan percobaan
pembunuhan setelah kecelakaan yang terjadi di Parade Romawi. Judah pun
diperbudak dan ibu serta saudara perempuannya dipenjara. Dirinya pun bersumpah
untuk membalas dendam.
Setelah beberapa tahun, Judah
bangkit dari perbudakan dengan menyelamatkan seorang komandan Romawi dalam
pertempuran laut. Judah pun diangkat menjadi putranya. Judah pun kembali ke
Yudea dan medapati bahwa Ibu dan Saudara perempuannya saat ini sedang menderita
kusta. Dirinya menantang Messala dalam lomba kereta perang yang spektakuler dan
brutal. Judah pun berhasil mengalahkan Messala.
Pembalasan dendam telah dilakukan,
tetapi kedamaian tidak didapatkan oleh Judah. Dirinya makin kecewa setelah
menyaksikan penyaliban Yesus Kristus, yang sebelumnya telah menunjukkan
kebaikan kepadanya. Wafatnya Yesus membuat Judah menjadi berubah. Judah merangkul
pengampunan dan kelahiran kembali spiritual, menyadari bahwa cinta dan kasih
sayang lebih kuat daripada kebencian.
6.
Sleeping
Beauty (Clyde Geronimi, US, 1959)
Film ini didasarkan pada dongeng
Charles Perrault tahun 1967. Film ini merupakan animasi pertama yang memiliki
gaya visual unik, luas dan detail dengan menggunakan Super Technirama 70.
Awalnya film ini tidak meraih kesuksesan di box office, tetapi menjadi salah
satu film klasik Disney yang paling dicintai.
Kelahiran Putri Aurora dirayakan
secara besar - besaran dimana tiga peri baik hati, Flora, Fauna, dan
Merryweather, memberikan hadiah berupa keindahan dan nyanyian. Namun,
Maleficent yang jahat merasa marah karena tidak diundang dalam acara tersebut.
Dirinya pun memberi kutukan kepada Aurora dimana Aurora akan tertusuk jarum
pemintal dan mati sebelum matahari terbenam di hari ulang tahunnya yang ke-16.
Beruntung Merryweather melunakkan kutukan itu—ia tidak akan mati, melainkan
tertidur lelap dan dapat dibebaskan oleh ciuman cinta sejati.
Aurora pun dibesarkan oleh para peri
di hutan sebagai gadis petani bernama Briar Rose. Di hari ulang tahunnya,
Aurora dan Pangeran Philip jatuh cinta satu sama lain. Maleficent berhasil
menemukan keberadaan Aurora dan mewujudkan kutukannya. Aurora dan seluruh
kerajaan pun tertidur.
Para peri membebaskan Pangeran
Phillip, yang telah ditawan oleh Maleficent. Pertarungan dashyat pun terjadi
antara Pangeran Philip dan Maleficent dengan wujud naganya. Pangeran Philip
berhasil menemukan Aurora dan membangunkannya dengan ciuman, mematahkan kutukan
tersebut dan mengembalikan kedamaian di kerajaan tersebut.
7.
Around
the World in Eighty Days (Michael Anderson, US, 1956)
Film ini diadaptasi dari novel
klasik tahun 1873 dengan judul yang sama karya Jules Verne. Film ini benar -
benar merupakan projek yang besar, dimana menampilkan lebih dari 68.000
figuran, 140 set di 13 negara, dan lebih dari 40 penampilan kameo, termasuk
bintang-bintang seperti Frank Sinatra dan Marlene Dietrich. Untungnya produksi
yang besar tersebut membuahkan hasil dengan memenangkan 5 Academy Awards,
termasuk Film Terbaik, dan membantu mempopulerkan genre "perjalanan
epik" di tahun 1950-an.
Bercerita tentang seorang pria
bernama Phileas Fogg yang bertaruh untuk berkeliling dunia dalam 80 hari meski
hal tersebut mustahil dilakukan. Dirinya pun bersama dengan pelayan setianya,
Passepartout, mulai untuk mewujudkan impian tersebut. Mereka melakukan berbagai
macam cara seperti menaiki kereta, gajah, kapal, dan balon.
Perjalanan melintasi Eropa, India,
Asia Timur, dan Amerika pun berhasil dilakukan dengan segala hambatan dan
kendala yang juga mengikutinya. Tantangan seperti menyelamatkan Putri Aouda di
India, dituduh sebagai perampok Bank di Inggris, dan tantangan lainnya yang
mengesankan. Meski demikian hal itu tidak menggoyahkan tekad mereka untuk
berkeliling dunia.
Fogg merasa bahwa dirinya kalah
dalam taruhan karena terlambat satu hari. Namun, Fogg menyadari bahwa dirinya
melintasi Garis Tanggal Internasional dan taruhan tersebut telah dimenangkan
olehnya. Fogg juga menemukan cintanya pada Putri Aouda yang membuat
kemenangannya lebih dari ekspektasi yang ditentukan.
8.
This
is Cinerama (Merian C. Cooper, US, 1952)
This is Cinerama berbeda dari film
lainnya karena tidak menggunakan aktor dan tanpa rilis standar, tetapi menjadi
salah satu film tersukses pada masanya. Kesulitan dalam penayangan yang
membutuhkan tiga proyektor yang disinkronisasikan dan layar lengkung besar
membuat tidak ada bioskop yang dapat menayangkannya, sehingga harus menyewa dan
merenovasi bioskop sendiri. Meski hanya ditampilkan di satu kota, tetapi
keuntungan yang diraup amat besar dan menjadi fenomena box office, serta
mengawali revolusi layar lebar selanjutnya.
Film dibuka dengan warna hitam putih
dan narator yang menjelaskan tentang sejarah perfilman. Selanjutnya layar
berubah melebar dan penuh warna, membawa penonton untuk mengenal format
Cinerama yang imersif. Penonton dibawa melintasi berbagai macam adegan seperti
kanal-kanal Venesia, adu banteng Spanyol, ruang dansa Austria, dan pemandangan
Amerika dari udara. Adegan tersebut terlihat begitu hidup dan menarik. Film pun
ditutup dengan narasi yang merenungkan pengalaman tersebut dan menghadirkan
Cinerasa sebagai masa depan perfilman.
9.
South
Pacific (Joshua Logan, US, 1958)
Film ini didasarkan pada penampilan
musikal South Pacific karya Rodgers dan Hammerstein tahun 1949, yang ceritanya
diadaptasi dari kumpulan cerita pendek Tales of the South Pacific karya James
A. Michener tahun 1947. Penyesalan dirasakan oleh sang sutradara karena
penggunaan filter berwarna pekat yang kontroversial yaitu penggunaan warna yang
beragam untuk menggambarkan perubahan emosi. Kini film ini tersedia dalam dua
versi yaitu dengan dan tanpa filter.
Bercerita tentang Nellie Forbush,
perawat Angkatan Laut AS yang jatuh cinta pada Emile de Becque, pemilik
perkebunan Prancis yang misterius. Di sisi lain, Letnan Cable, seorang perwira
muda Amerika, melakukan misi militer rahasia dan menjalin hubungan dnegan Liat,
putri Polinesia. Latar yang indah menyembunyikan ketegangan perang dan
pertikaian internal yang semakin besar.
Nellie mulai menjauh setelah
mengetahui bahwa Emile memiliki anak ras campuran dari hubungan sebelumnya
dengan wanita Polinesia. Letnan Cable juga dihadapkan pada kenyataan bahwa
dirinya mungkin tidak diizinkan menikah di kampung halaman dengan Liat. Konflik
yang timbul dalam diri mereka diperparah dengan tekanan militer yang juga terus
meningkat.
Misi pengintaian berbahaya di balik
garis musuh harus dilakukan dan Letnan Cable dan Emile sukarela untuk ikut
serta dalam misi tersebut. Cable harus terbunuh dan Emile beruntung masih dapat
pulang dengan selamat. Kepulangan Emile memberikan kebahagiaan pada Nellie dan
anak - anaknya, hal ini juga membuat cinta mereka menjadi semakin tumbuh.
10.
The
Robe (Henry Koster, US, 1953)
Film ini diadaptasi dari Novel tahun
1942 karya Lloyd C. Douglas. Film ini juga memiliki sekuel yang melanjutkan
cerita dari akhir film ini dengan judul Demetrius and the Gladiators (1954).
Film ini menjadi film penting bagi 20th Century Fox karena membuat mereka
terselamatkan dari kebangkrutan finansial, setelah melakukan format baru
penayangan dengan menggunakan CinemaScope.
The Robe mengisahkan tentang
Marcellus Galio, tribun Romawi yang sombong yang memenangkan jubah Yesus dalam
permainan dadu saat penyaliban. Setelah peristiwa tersebut hidupnya mulai
berantakan. Jubah tersebut perlahan mulai menghantuinya dengan penglihatan,
rasa bersalah, dan siksaan emosional.
Marcellus yang diutus dalam msi
untuk menemukan dan menghancurkan para pengikut Kristus malah jiwanya tersentuh
dan berubah saat melakukan perjalanan dan bertemu dengan orang - orang yang
disentuh Yesus. Kebangkitan moral dan spiritual Marcellus juga dipengaruhi oleh
Demetrius. Kekuatan politik Marcellus pun memudah karena konflik batin yang
dirasakannya.
Akhirnya Marcellus secara terang -
terangan mengakui imannya kepada Kristus yang membuatnya harus kehilangan
nyawanya. Jubah tersebut kini melambangkan kelahiran kembali spiritual dan
kematian Marcellus menjadi simbol kemenangan hati nurani atas kekaisaran.
Itulah daftar 10 film box office
tahun 1950 yang jika kita perhatikan didominasi dengan animasi dan juga cerita
yang berkaitan dengan religius. Bahkan sebagian besar film animasi tersebut
menjadi film yang amat legendaris dan tidak lekang dimakan waktu. Adakah dari
kamu yang pernah menonton atau mengetahui cerita - cerita tersebut? Silahkan
komen di kolom komentar.
(aluna)
0 Komentar