[CERPEN] PETUALANGAN PERTAMA

            Malam itu, tepat sebelum adzan magrib berkumandang. Aku masih terlarut dalam imajinasiku, berlari kesana kemari, menjelajahi setiap sela dari dunia imaji. Langkah kecilku terus menelusuri tiap belokan, kemudian terus berlari mengikuti jalur. Sampai suatu ketika pandanganku tertuju pada manusia itu. Dirinya membawa benda yang jarang aku temui. Sebuah kereta beroda yang di atasnya terdapat sebuah benda biru besar yang konon membantu manusia untuk menghilangkan kehausannya. Manusia itu terus mendorong kereta itu ke suatu tempat yang tak ku tahu. Diriku terus mengikuti dan mengikutinya, hingga aku sadar, aku telah terlalu jauh dari rumah. 
               Adzan magrib mulai berkumandang. Aku ketakutan, aku kebingungan. Entah dimana aku berada saat ini, tidak ada yang ku kenal. Lingkungan ini adalah asing bagiku. Aku berteriak meminta pertolongan pada manusia pembawa kereta tadi, tetapi dirinya tidak menghiraukan. Hanya menatapku heran dan mencoba membuatku menjauh darinya. Aku melihat ke kanan dan ke kiri, kurasakan ada bahaya menanti. Sepasang mata sedang memandangku dari kejauhan. Seakan siap menerkam karena aku telah memasuki wilayahnya. 
        Aku menangis dan berteriak, tapi teriakanku hanya terdengar sayup - sayup keluar dari tubuh mungilku. Seseorang menghampiriku dan membawaku bersamanya. Dirinya merasa kasihan melihatku yang sendiri. Dibawanya aku ke dalam rumahnya. Rumah ini cukup besar hanya saja terdapat dua penjaga di pintu rumahnya. Ternyata kedua penjaga itulah yang sedari tadi memperhatikanku. Aku ketakutan dan gemetar. Namun seseorang itu memeluk ku erat dan mengatakan, "gak papa, jangan takut". 
        Disiapkannya sebuah tempat untukku menetap malam ini. Sebuah kotak seukuranku dengan kaos kaki sebagai alasnya untuk menghangatkanku. Mereka pun meninggalkan ku sendiri dalam kotak itu. Aku seketika memilih meringkuk dan berdiam diri disana sambil memperhatikan sekeliling. Dalam hati ku berkata, "Bodohnya aku. Hingga terpisah dari ibu dan saudaraku. Apakah mereka akan mengembalikan ku pada ibuku?" Mereka kembali menghampiriku, dari kejauhan ku lihat salah satu dari mereka membawakan susu untuk ku minum. "Aku haus. Bagaimana mereka tahu?". 
        Malam semakin larut, mereka telah tertidur. Pintu depan rumah terkunci dan tertutup rapat. Aku tak bisa menyusup keluar dari rumah. Aku juga terlalu takut untuk menjelajah rumah yang cukup besar bagi tubuh mungilku. Tiba - tiba, perutku terasa sakit. Mungkinkah gara - gara susu yang ku minum sebelumnya. Bagaimana ini? Aku harus segera mencari tempat untuk buang air besar. Tapi aku tak tahu lagi harus kemana. 
        Aku memberanikan diri untuk berjalan perlahan ke dalam kamar. Kulihat mereka tertidur pulas. Jangan sampai aku membangunkan mereka, pikirku. Kulihat sekitar, "mungkin aku bisa mencoba untuk menyelesaikan permasalahan perutku segera, kemudian dapat keluar tanpa jejak." Tanpa suara aku kemudian berhasil menyelesaikan misiku. Dan mereka masih belum tersadar, hingga ketika pagi, salah satu dari mereka yang kemudian menjadi Ibuku, berteriak membangunkan seseorang di sebelahnya. "Papa, bangun, Mpusnya pupup." 
        Aku terdiam, berpura-pura memejamkan mata, meringkuk dalam kotakku. Aku takut mereka marah padaku dan mengusirku. Dengan setengah sadar, seseorang yang dipanggil 'Papa' itu bangun dan membersihkan kotoranku. Sore harinya aku telah dibuatkan sebuah rumah kecil dalam rumah ini dan dilengkapi dengan toilet pribadi. Dan akupun memutuskan untuk menetap dan menjadikan mereka sebagai keluargaku. Dan perjalananku pun dimulai. 

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Ya ampuuun, pantesan kok mikirnya janggal banget ceritanya: kenapa dimasukin ke kotak (kirain ukurannya besar)? Kenapa haus minumnya susu? Ternyata oh ternyata, tokoh utamanya seekor kucing. Nggak jadi takut deh wkwkwk :)))

    BalasHapus