[MINI STORY] PETAK UMPET


Ilustrasi anak bermain petak umpet. Foto oleh Ryanniel Masucol dari Pexels

"Ayo semua sudah berkumpul kita bermain petak umpet." Teriak seorang anak di taman itu. 

Semua teman - temannya berkumpul, terdapat sekitar 10 orang yang berkumpul disana. Anak - anak itu rata - rata berumur 10 tahun dan sepertinya merupakan sekelompok anak yang memang sudah bersahabat sejak lama. Rumah mereka saling berdekatan dan dalam satu komplek yang sama, tidak jauh dari taman ini. Tidak ada pengawasan orang tua atau orang dewasa di sekitarnya yang mengindikasikan mereka memang sering bermain ke taman tersebut. 

"Hompimpah alaiung gambreng" teriak mereka beramai - ramai.

"Yeay, Danar jaga. Sana balik badan dan tutup matanya, jangan sampai curang ya. Hitung sampai 10 lambat. Jangan cepat - cepat!" kata salah satu anak memberitahukan cara bermainnya

"Iya, iya udah sana sembunyi. Aku mulai ya.... 1.... 2.... 3... " Danar membalikkan badannya dan mulai menghitung. Anak lainnya bertaburan mencari tempat bersembunyi. 

"10.... Aku datang,,,, dimana kalian??" Kata Danar sambil mengendap-endap memeriksa semua sudut. Suasana hening, tidak ada satu pun yang bersuara. Tetapi karena kepintaran Danar, dirinya berhasil menemukan teman - temannya. Mereka pun memulai lagi permainannya. 

Aku yang dari tadi memperhatikan mereka dari atas ayunan, mulai memberanikan diri untuk mendekat. 

"Aku boleh ikut main?" kata ku dengan tatapan merayu

"Kamu anak baru ya disini? Aku gak pernah lihat." Kata salah satu dari mereka

"Iya, aku baru pindah. Boleh aku ikut main?" Kata ku lagi

"Tapi sebentar lagi magrib, kita harus pulang sekarang." Salah satu yang lain mulai khawatir. 

Mukaku terlihat sedih dan murung. Danar yang melihat ku sedih akhirnya berkata, "Baiklah satu permainan saja ya, selanjutnya kamu boleh bergabung lagi dengan kami besok. Tapi kamu yang jaga ya." kata Danar kepadaku. 

Aku menatap mereka dan sepertinya mereka sepakat untuk bermain sekali lagi. 

"Aku mulai. Ayo kalian sembunyi." teriak ku bahagia

Merekapun bertebaran mencari tempat sembunyi. Suasana kembali hening. Hitungan sepuluh aku membalikkan badanku dan menatap sekitarku sambil tersenyum dan kembali berjalan ke tempatku sebelumnya, ayunan.

Beberapa saat kemudian segerombolan warga datang ke taman tersebut dengan membawa obor dan menabuh berbagai macam barang untuk mengeluarkan bunyi seperti kentongan, panci, dan lain sebagainya. Mereka amat berisik, saling bersautan memanggil satu persatu nama mereka.

Aku hanya menatap mereka dari kejauhan sambil tersenyum dan berfikir, "Besok main petak umpet dimana lagi ya?"

(aluna)

Posting Komentar

0 Komentar