Review Film Yes or No (2010) - Pengorbanan atas nama cinta

 

Yes or No

Yes or No (Original title: Yes or No: Yaak Rak Gaw Rak Loey) | 2010 | 1h 42m

Genre : Comedy, Romance| Negara: Thailand

Director: Sarasawadee Wongsompetch | Writers: Nepalee

Pemeran: Sushar Manaying, Supanart Jittaleela, Arisara Thongborisut, dll

IMDB: 6.7/10

Tomatometer : -%

My Rate : 8/10

 

Pie merasa agak tidak nyaman harus berbagi kamar dengan Kim yang suka berdandan seperti laki-laki, tetapi kebingungan atas perasaan masing - masing mulai muncul saat persahabatan mulai terjalin di antara mereka.

 

Peringatan:

Bertemakan LGBT

 

Sinopsis:

Pie (Aom Sushar) baru saja meminta pindah dari kamar asramanya. Pie meminta pindah karena tidak nyaman dengan Jane (Arisara Tongborisuth) yang baru saja putus dari pacar wanitanya. Pie berasal dari keluarga yang tidak menyetujui hal - hal yang berkaitan dengan homoseksual atau sejenisnya, ditunjukkan dengan pendapat Ibunya terkait hal yang demikian. Namun, Pie tidak tahu bahwa dirinya berakhir menjadi teman sekamar Kim (Suppanad Jittaleela). Kim adalah seorang wanita berpenampilan pria, meski dirinya tidak merasa sebagai pencinta sesama jenis. 

 

Pie menjaga batasan hubungan mereka dengan membagi kamar menjadi dua bagian. Interaksi di antara keduanya juga tidak banyak dilakukan. Pie masih memandang sebelah mata karena penampilan Kim. Sebaliknya Jane jatuh cinta dengan Kim dan berusaha untuk mendekati Kim. Namun, seiring berjalannya waktu dan kebaikan Kim kepada Pie, batasan itu sedikit demi sedikit runtuh dan membuat mereka menjadi semakin dekat dan mengenal satu sama lain. Perasaan suka mulai tumbuh di hati Kim, meski Pie masih menolak perasaannya sendiri.

 

Setelah Kim menyatakan perasaannya, Pie mencoba untuk membuka hatinya. Meski demikian, Pie masih menyembunyikan hubungan mereka dari dunia luar. Jane yang menyadari kedekatan Pie dan Kim, mulai mencoba untuk masuk di antara mereka. P'Van, teman kecil yang menyukai Pie, juga mencoba untuk membuat Kim menjauh dari Pie. Rasa cemburu sedikit demi sedikit menjadi rasa yang menyakitkan bagi mereka.

 

Akankah Pie dan Kim bersatu dengan segala penghalang yang ada?

 

Ulasan:

Film Yes or No diadaptasi dari sebuah novel berjudul "Yes! Rak Ni Chai Loei" (Yes! รักนี้ใช่เลย) and "No! Ko Wa Cha Mai Rak" (No! ก็ว่าจะไม่รัก) karangan Lalanon (ลลนล). Film ini merupakan film bergenre lesbian pertama yang mengangkat 'tom' sebagai tokoh utamanya. Film ini juga menjadi film debut pertama Suppanad Jittaleela yang membuat dirinya dikenal di Asia terutama China.

 

Meski mengangkat tema LGBT, Yes or No tidak menyajikan adegan yang terlalu berlebihan. Semua interaksi yang dilakukan masih dalam konteks wajar. Narasi cerita pun dapat dinikmati dengan baik dan merupakan tipe cerita yang cukup romantis. Hal ini makin di dukung dengan pemilihan soundtrack lagu dengan makna dan lirik yang dalam.

 

Namun demikian, memang tidak dipungkiri bahwa akting Tina Suppanad Jittaleela masih terkesan amat kaku karena memang merupakan debut pertamanya, jika dibandingkan dengan Aom yang telah memiliki banyak pengalaman. Hanya saja hal ini malah membuat interaksi dari para pemainnya cukup menarik untuk ditonton. Perasaan canggung antara Kim dan Pie terasa cukup nyata karena hal tersebut.

 

Kisah romantis yang disajikan membuat film ini menjadi salah satu film yang bisa saya tonton berkali - kali. Banyak hal yang dapat kita pelajari juga dari dialog yang disampaikan dalam film ini. Konflik yang ada dalam film juga relate dengan keadaan di masyarakat.

 
Adegan yang mengesankan:


Yes or No
"Bagaimana dengan sisi lain diriku? Apa orang lain akan melihatnya selain ' Kau adalah Tom'.?"

Kim dan Pie berjalan pulang dari kafe Bibi Inn. Saat itu Kim bertanya apa makna 'Tom' sesungguhnya. Mengapa banyak orang yang merendahkan orang lain hanya karena sebuah label yang mungkin dilekatkan kepada mereka. Melalui percakapan keduanya terlihat bahwa seringkali orang memandang sebelah mata orang lain karena label yang melekat pada mereka. Padahal mereka memiliki banyak sisi positif lainnya bukan hanya terbatas pada label tersebut. Perbedaan akan pemahaman dan keyakinan atas sesuatu pasti terjadi, bukan berarti kita harus menghina dan membenci orang tersebut.

 

Dialog mengesankan:

"Bukan masalah penampilan, jangan biarkan itu yang memutuskan siapa dirimu."
Kim datang mengunjungi kafe Bibi Inn dengan wajah yang cemberut setelah melihat Pie dijemput oleh P'Van. Bibi Inn menanyakan perasaan yang sebenarnya dirasakan oleh Kim. Banyak orang yang memandang wanita yang berpenampilan seperti laki-laki dengan pandangan yang pasti negatif. Padahal belum tentu hal tersebut sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Jangan sampai label yang diberikan orang kepada kita menentukan siapa kita sebenarnya.

 

Ending:

Happy Ending

 
Rekomendasi:

Worth to Watch! Film ini memang bertemakan LGBT, tetapi bukan berarti saya membela atau menyetujui hal tersebut. Namun, dari film ini kita bisa mempelajari bagaimana sepasang manusia mencoba untuk menerima dan memahami satu sama lain.

 

(Aluna)

 

 


Posting Komentar

0 Komentar