Buku I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki


I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki

 

Rangkuman Singkat:

Catatan perjalanan terapi Baek Sehee untuk mengatasi depresi kepanjangan yang mempengaruhinya dalam menjalani dan memandang sebuah kehidupan. 

Quote favorite:

"Rasa percaya bahwa hidup adalah ketika meskipun aku merasa depresi seharian penuh, aku masih bisa tersenyum hanya gara-gara sebuah hal kecil sekali pun."

Baek Sehee merasa ada masalah dalam dirinya yang disebutnya sebagai depresi. Dirinya merasakan kesepian, kecemasan, keraguan, dan juga tanpa sadar menjadi seorang yang judmental. Tidak ada yang benar - benar mengetahui perasaan yang dirasakan oleh Baek Sehee. Tidak keluarga, teman, atau lainnya. Hal ini dilakukannya karena takut akan ditinggalkan. Namun, hal itu merupakan hal yang amat melelahkan.

Baek Sehee memutuskan untuk mendatangi psikiater. Dirinya merekam perjalanan konsultasi tersebut dengan tujuan untuk melakukan evaluasi di tiap sesinya. Namun siapa sangka, rekaman tersebut menjadi sebuah buku catatan yang saat ini dapat dibaca oleh semua orang dan menjadi sebuah inpirasi. Masalah yang dijabarkan di dalam buku ini amat dekat dengan permasalahan yang mungkin terjadi di masyarakat belakangan ini.

Tiga hal utama yang dibahas di dalam buku ini antara lain:

  1. Masa lalu mempengaruhi cara kita mencintai diri kita
  2. Cara pandang kita terhadap diri kita mempengaruhi cara pandang kita kepada orang lain
  3. Dari ketidaksempurnaan untuk ketidaksempurnaan

Mari kita pelajari lebih lanjut

Pelajaran 1: Masa lalu mempengaruhi cara kita mencintai diri kita

Baek Sehee merasa dirinya mengalami depresi yang berkepanjangan dan memiliki pemikiran yang ekstrem. Sehee juga merasa bahwa sifat dirinya juga serupa dengan sifat dari kakaknya. Hal ini diungkapkannya dalam sesinya bersama sang psikiatris. Sehee mempertanyakan mengapa dirinya bisa memiliki sifat tersebut terlebih pemikiran yang ekstrem.

Dalam buku ini, pembaca mendapatkan penjelasan bahwa sifat dan sikap yang dialami Sehee terpengaruh dari masa lalunya. Bagaimana Ibunya memberikan dampak yang cukup besar dalam dirinya terutama terkait dengan rasa percaya dirinya. Bagaimana pengalamannya dalam berteman membuat dirinya mengubah cara pandang dan membentuk sistem pertahanan diri dalam dirinya. Sedikit demi sedikit permasalahan yang melatarbelakanginya mulai terlihat satu per satu.

Pelajaran 2: Cara pandang kita terhadap diri kita mempengaruhi cara pandang kita kepada orang lain

Secara tidak sadar, cara pandang kita terhadap diri kita sendiri akan tercermin dalam cara pandang kita terhadap orang lain. Seehe secara tidak sadar sering memberikan nilai kepada orang lain dan menuntut orang tersebut untuk memenuhi standar tertentu yang ditentukannya. Ternyata hal ini terjadi karena dirinya yang begitu keras pada dirinya sendiri.

Seehe mencoba untuk menjadi seorang yang sempurna dan terus menekan dirinya sendiri. Dirinya membuat sebuah standar yang harus dipenuhinya. Hal ini ternyata terpancar pada cara dia memperlakukan orang lain dan mempengaruhi hubungannya dengan sekitar.

Dalam percakapannya dengan psikiatris, kita belajar bahwa mencintai diri sendiri itu penting. Berbuat baiklah pada diri kita sendiri. Berhentilah untuk terus menerus menjadi sesuatu yang sempurna dan ideal. Jangan terlalu peduli dengan pendapat orang lain terhadap diri kita.

Pelajaran 3: Dari ketidaksempurnaan untuk ketidaksempurnaan

Saat buku ini di rilis, Psikiater awalnya merasa khawatir. Namun, sesungguhnya sesi terapi yang mereka lakukan mempertemukan dua orang dengan ketidaksempurnaannya. Mereka mencoba untuk memahami kondisi yang ada di hadapannya. 

Sehee yang mencoba mencari mengenai jati diri dan penjelasan tentang apa yang dirasakannya. Sedangkan Psikiater yang mencoba memahami Sehee dengan pengetahuan yang dimilikinya. Dalam buku ini kita dapat melihat bagaimana Psikiater tidak serta merta memaksakan pendapatnya. Mereka lebih mengutamakan percakapan dan diskusi untuk menemukan sumber dari masalah yang ada.

Ulasan Buku

Dalam buku ini kita dapat melihat dan belajar mengenai pentingnya mengenal diri sendiri. Jangan khawatir untuk mencari pertolongan jika dirasa dibutuhkan. Penyajian dalam bentuk percakapan membuat para pembaca jadi lebih mudah untuk memahami hal yang terjadi. Hal ini juga menjadi terapi bagi para pembaca yang mungkin merasa relate dengan kisah Sehee untuk memahami dirinya sendiri.

Kekurangannya terdapat beberapa istilah kedokteran dan pengobatan yang mungkin kita temukan. Dari beberapa istilah tersebut, ada yang diberikan penjelasan ada pula yang tidak diberikan penjelasan. Namun hal ini tidak terlalu mempengaruhi pemahaman pembaca terkait dengan isi dari buku tersebut.

(Aluna)

  • Judul Buku : I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki
  • Penulis: Baek Sehee
  • Penerbit: Haru
  • Tahun terbit: 2022
  • Jumlah halaman: 236 halaman

 

Dapatkan bukunya disini

 

Posting Komentar

0 Komentar