Canvas | 2020 | 9m
Genre : Animation/Family/Short
| Negara: US
Director: Frank E. Abney III | Writers: Frank E. Abney III
IMDB: 6.4
My Rate : 10/10
Kehilangan istrinya membuat sang Kakek kehilangan makna hidup dan
inspirasinya dalam melukis, hingga sang Cucu secara tidak sengaja membuka kotak
kesedihan yang selama ini disimpannya dengan rapat.
Peringatan:
-
Sinopsis:
Seorang kakek terbangun di tempat tidurnya dengan kekosongan di sisi lain tempat tidur tersebut. Dirinya pun pergi ke tempat ia biasa melukis dan mengenang kembali masa - masa indah bersama istrinya yang telah lebih dahulu berpulang. Hingga sosok mungil muncul di hadapannya. Putrinya mengantarkan cucunya untuk bertemu sang Kakek.
Cucunya yang begitu ceria memiliki kesukaan yang sama dengan sang Kakek, yaitu melukis. Dirinya dengan bahagia menunjukkan hasil gambarnya kepada sang Kakek yang disambut dengan senyuman manis. Sang Kakek telah lama berhenti melukis setelah kematian istrinya dan menutup rapat semua kenangan di dalam studionya.
Suatu hari, pensil gambar sang cucu menggelinding ke studio tersebut. Setelah penasaran dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Dirinya menemukan lukisan dengan potrait sang Nenek sebagai objek. Kakek yang melihat hal tersebut sedikit marah, hingga saat semua kenangan indah kembali keingatannya setelah menatap kembali lukisan tersebut.
Akankah Kakek dapat melukis kembali?
Ulasan:
Canvas adalah film yang diinspirasi dari pengalaman pribadi Frank atas kehilangan ayahnya saat dirinya berumur lima tahun. Kematian tersebut tidak hanya berpengaruh padanya tetapi juga pada seluruh keluarganya. Hal ini yang coba disajikan oleh Frank melalui film pendek tersebut. Secara keseluruhan, film ini berhasil menyajikan cerita dengan amat baik.
Mungkin sebagian orang akan merasa sedikit bosan karena memang film ini tanpa dialog. Atau mungkin akan sedikit bingung dengan jalan cerita atau alasan kenapa sang kakek berhenti melukis. Secara implisit, hilangnya keinginan sang kakek untuk melukis disebabkan hilangnya 'inspirasinya' dalam melukis. Sang Istri merupakan sumber inspirasinya dan kebahagiaannya. Saat sang Istri meninggal, maka inspirasi dan kebahagiaan itu pun menghilang.
Sang Kakek mencoba untuk berdamai dengan rasa kehilangannya dengan mengubur semua kenangan dan menyimpannya rapat dalam studio lukisnya. Namun, ternyata hal itu tidak membuat dirinya menjadi bahagia. Hal yang sebenarnya kita butuhkan adalah mencoba untuk menghadapi rasa kehilangan tersebut dan 'menikmatinya'. Kenangan yang muncul dalam ingatannya menjadi titik balik penerimaan yang sesungguhnya.
Animasi yang digunakan amat baik. Gambar yang halus, pewarnaan yang melankolis, dan ekspresi dari para karakter juga amat baik. Ditambah dengan pemilihan lagu yang cukup baik. Tidak heran jika film ini memenangkan kategori Outstanding Sort Film di NAACP Image Awards ke-52 dan Annual Black Reel Awards ke-21.
Secara keseluruhan film ini cukup baik untuk ditonton bersama dengan
keluarga. Hanya saja mungkin tidak diperuntukkan bagi anak - anak, karena
temanya yang cukup berat. Perlu adanya penjelasan dari orang dewasa agar
penonton anak dapat memahami dengan baik cerita yang disajikan.
Adegan yang mengesankan:
Cucunya yang melihat sang Kakek ragu untuk menyentuh lukisan yang bergambarkan istrinya mencoba untuk meyakinkan sang Kakek. Dirinya menggenggam tangan sang Kakek dan meletakkan di atas lukisan tersebut. Melalui adegan ini kita menyadari bahwa sering kali kita hanya butuh dorongan kecil dari seseorang atau lingkungan untuk dapat mengatasi keraguan yang ada dalam diri kita.
Dialog mengesankan:
-
Ending:
Happy Ending
Rekomendasi:
Must Watch
(Aluna)
0 Komentar