Review Film Pasir Berbisik (2001)

 

Review Film Pasir Berbisik (2001)

Pasir Berbisik (Alternate Title: Whispering Sand) | 2001 | 1h 46m
Genre : Drama | Negara: Indonesia
Director: Nan Triveni Achnas | Writers: Nan Triveni Achnas, Rayya Makarim
Pemeran: Christine Hakim, Dian Sastrowardoyo, Slamet Rahardjo
IMDB: 7.2
My Rate : 8/10

Berlian berusaha untuk bertahan hidup dan melindungi anaknya, Daya, dari konflik yang terjadi di desanya dengan berkelana mencari tempat perlindungan baru. Namun, malah harus dihadapkan pada kejadian yang mengecewakan saat suaminya kembali dari perantauan.

Peringatan:

Terdapat adegan kekerasan, sensual, dan rokok

 

Sinopsis :

Daya (Dian Sastrowardoyo) tinggal di desa di tengah padang pasir bersama dengan Ibunya, Berlian (Christine Hakim). Ayahnya yang merupakan seorang dalang, pergi entah kemana meninggalkan ia dan ibunya. Daya selalu berharap agar ayahnya cepat kembali, sehingga ia bisa bebas dari Ibunya yang terlalu mengekang hidupnya.

Berlian bekerja sebagai penjual jamu di desa tersebut untuk bertahan hidup. Kondisi desanya yang penuh dengan konflik membuatnya sangat tegas dalam menjaga Daya terutama dengan kondisi Daya yang mulai beranjak remaja. Pergaulan Daya pun selalu dibatasi, bahkan ia tidak pernah memanggil Daya dengan namanya, melainkan dengan sebutan 'Anak'.

Seluruh keluarga Berlian telah pindah dari desa tersebut. Adiknya yang berpergian sebagai seorang penari beberapa kali datang berkunjung. Daya amat senang saat Budenya berkunjung, karena dirinya dapat mendengarkan banyak cerita termasuk cerita tentang ayahnya di masa lalu.

Berlian telah mendapat peringatan untuk segera pergi dari desa tersebut menuju ke Pasir Putih dari sang adik. Namun, ia masih mengabaikan hingga suatu waktu rumahnya menjadi target pembakaran. Mau tidak mau, Berlian pun bergegas untuk membawa Daya menuju perjalanan ke Pasir Putih.

Perjalan tanpa arah tersebut bukanlah perjalanan yang mudah, tetapi mereka berhasil sampai ke Pasir Putih. Mereka menemukan sebuah gubuk tanpa penghuni dan memutuskan tinggal disana. Mereka pun mendapat bantuan dari Suwito (Didi Petet) yang ternyata memiliki niatan tidak baik pada Daya. Hal makin memburuk setelah ayah Daya kembali pulang. Membuat semua perjuangan Berlian menjaga Daya selama ini menjadi sia - sia.

Apakah yang akan terjadi pada Daya selanjutnya?

 

Ulasan :

Pasir Berbisik memiliki ide cerita yang cukup menarik dan setting tempat yang juga tidak kalah menarik. Standing Ovation harus diberikan pada para pemeran dan juga para staff yang membuat film tersebut. Sebab bekerja di bawah sinar matahari di atas padang pasir yang panas bukan hal yang mudah. Bahkan para pemeran dengan totalitasnya melakukan shooting dengan bertelanjang kaki. Namun, mereka bisa menghasilkan sebuah sajian yang amat baik.

Ide cerita menitikberatkan pada kondisi dimana patriarki menjadi suatu hal yang menjadi dasar dari semua masalah. Hal ini tersirat dari bagaimana para wanita kesulitan untuk merasa aman sebagai contoh banyak kasus aborsi yang terjadi, bagaimana para pria memberikan komentar dan pandangan matanya kepada Daya, dan bagaimana para pria dengan semena-mena membakar rumah yang ditinggali mereka. Meski secara tersurat tidak dijelaskan dengan pasti masalah yang melatarbelakangi segala konflik yang terjadi.

Cerita dibangun secara sistematis sejak awal, konflik, dan juga diselesaikan dengan baik. Pemilihan musik dan sound effect cukup baik. Pergerakan kamera dan komposisi warna juga baik. Bahkan riasan dan pakaian yang digunakan para tokoh juga amat mendukung jalannya cerita.


Akting dari para pemain pastinya tidak dapat diragukan lagi. Dian yang saat itu masih berumur 19 tahun, telah menunjukkan kemampuan aktingnya yang menawan hingga mendapatkan beberapa penghargaan. Dirinya tidak merasa minder untuk berakting dengan para aktris dan aktor senior. Akting dari para pemain lainnya baik pemeran utama dan pendukung juga amat baik dan natural. Ditambah penggunaan dialog yang artistik menambah keindahan dari film ini.

Secara keseluruhan, Pasir Berbisik merupakan film yang tidak hanya menyajikan cerita yang menarik, tetapi juga memanjakan mata penonton dengan keindahan alam yang disajikan melalui layar film.

 

Adegan yang mengesankan:  

Di tengah perjalanan tanpa arah yang dilakukan oleh Daya dan Ibunya, Daya bertanya kepada Ibunya tentang kemana mereka akan pergi, akankah bibi dan ayahnya mengetahui tujuan mereka, akankah mereka dapat ditemukan? Dengan segala macam pikiran yang bergejolak di kepalanya, sang Ibu hanya bisa menjawab seadanya.


Dalam adegan ini terlihat dengan jelas dari ekspresi Berlian tentang ramainya isi dalam kepalanya. Sering kali orang tidak memahami seberapa berisiknya isi kepala kita dan terus menerus mendesak serta bertanya. Namun, disini terlihat bagaimana Berlian tetap fokus untuk mencari solusi atas masalahnya.

 

Dialog mengesankan:

"Setiap orang yang baru datang, mereka selalu bawa pasir baru."

 

Ending:

Sad Ending

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar