Review Film The Diary of a Teenage Girl (2015)

Review Film The Diary of a Teenage Girl (2015)

 

The Diary of a Teenage Girl | 2015 | 1h 42m
Genre : Coming-of-age/Teen Comedy/Teen Drama/Comedy/Drama/Romance | Negara: US
Director: Marielle Heller | Writers: Phoebe Gloeckner, Marielle Heller
Pemeran: Bel Powley, Alexander Skarsgård, Kristen Wiig
IMDB: 6.8
My Rate : 8/10

Minnie, remaja yang sedang memasuki masa pubertasnya, menjalin hubungan dengan pacar ibunya dan merekam semua yang mereka lakukan dalam sebuah audio diary, hingga suatu ketika ibunya mengetahui hal tersebut dan perubahan besar terjadi dalam hidupnya.

Peringatan:

Terdapat adegan seks, ketelanjangan, kata - kata kasar, narkoba, alkohol, dan rokok

 

Sinopsis :

Minnie, remaja 15 tahun yang merasa dirinya kurang atraktif dibandingkan remaja lainnya, merasa bahwa kehilangan keperawanannya merupakan suatu pencapaian yang dapat membantah hal tersebut. Minnie pun merekam semua kejadian tersebut dalam kaset dan menyimpannya sebagai audio diary. Minnie juga menceritakan hal tersebut kepada temannya, Kimmie.

Minnie memiliki hubungan terlarang dengan Monroe, kekasih ibunya. Bermula saat Ibunya menolak ajakan Monroe untuk pergi ke bar dan malah meminta Monroe untuk mengajak Minnie. Di bar tersebut, Minnie mulai merayu Monroe dan meminta untuk berhubungan badan dengannya. Awalnya Monroe seakan menolak, tetapi akhirnya menyetujui dan membawa Minnie ke apartemennya.

Minnie memiliki ketertarikan yang cukup besar dengan dunia seksual. Minnie juga sering membuat gambar - gambar yang berkaitan dengan tema tersebut. Minnie tidak sengaja melihat Aline, komikus yang disukainya dan memberanikan diri untuk mengirimkan gambarnya melalui pos.

Minnie pun dekat dengan Ricky, teman di sekolahnya. Hubungan mereka pun mengarah ke seksual. Namun, Ricky seakan merasa obsesi Minnie terlalu berlebihan dan hal ini membuat Minnie terluka. Minnie dan Kimmie pun mencoba untuk menawarkan jasa prostitusi, tetapi berakhir menyesalinya. Minnie masih berhubungan dengan Monroe tanpa sepengetahuan Ibunya.

Dengan hubungan yang makin erat, Minnie merasa jatuh cinta dengan Monroe dan mengutarakan hal tersebut kepadanya. Namun, hubungan yang kompleks tersebut sulit untuk didefinisikan. Terlebih status Monroe yang merupakan kekasih dari Ibunya. Monroe akhirnya seakan sedikit menjaga jarak dengan Minnie dan membuat Minnie terluka.

Akankah Minnie dapat menemukan makna cinta yang selama ini dicarinya?

 

Ulasan :

The Diary of a Teenage Girl merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel berjudul The Diary of a Teenage Girl: An Account in Words and Pictures karya Phoebe Gloeckner. Film ini mengangkat topik dan tema yang relevan dengan dunia remaja, serta disajikan dengan cara yang unik. Visual dan narasi yang digunakan ditambah dengan penggunaan animasi dalam film ini menambah estetika dari cerita yang disajikan.

Alih - alih menampilkan remaja dari keluarga yang sempurna, film ini menunjukkan sisi lain dari remaja yang tumbuh di lingkungan yang toxic. Memiliki keluarga yang tidak utuh, ibu yang sibuk dengan dunianya, dan keingintahuan Minnie akan dunia membuat Minnie seakan menjadi salah jalan. Dari film ini kita dapat melihat betapa pentingnya keadaan lingkungan untuk tumbuh kembang dari seorang anak, terutama remaja yang sedang mencari jati dirinya.

Latar belakang cerita dan tokoh dibangun dengan pondasi yang amat baik. Dibuka dengan pernyataan mengejutkan dari Minnie yang mengatakan bahwa dirinya telah kehilangan keperawanannya yang dianggapnya sebagai suatu pencapaian dimana dirinya ternyata cukup atraktif. Sebagai layaknya seorang remaja, Minnie kemudian merekam semua kejadiannya dalam sebuah recorder. Selanjutnya kita akan dapat melihat latar belakang dari tokoh utama, pemikiran, dan lingkungannya. Serta kita juga akan melihat beberapa tokoh lain yang diperkenalkan dengan baik.

Konflik timbul secara perlahan berawal dari dalam diri Minnie. Konflik batin tersebut muncul dimana perasaan yang dirasakan Minnie menjadi bertolak belakang dengan pernyataan di awal film. Mulai muncul banyak pertanyaan dan keraguan dalam diri Minnie. Konflik memuncak saat ibunya mengetahui apa yang dilakukan Minnie dengan Monroe.

Penyelesaian cerita dilakukan dengan amat baik. Perkembangan karakter dari masing - masing tokoh terlihat dengan jalannya cerita menuju akhir. Terutama Minnie yang akhirnya mengetahui hal yang benar - benar di carinya dan definisi bahagia sesungguhnya. Hubungan Minnie dan ibunya pun semakin membaik. Penonton juga diperlihatkan kondisi tokoh lainnya.

Akting para pemain dari pemain utama hingga pemain pendukung cukup baik. Chemistry yang terbangun dapat terlihat dengan jelas. Perasaan yang dirasakan oleh para tokoh tersampaikan dengan baik.

Pemilihan lagu dan pergerakan kamera mengambil andil yang cukup besar untuk memberikan sajian yang estetik dan penuh makna. Setiap detail penting ditampilkan dengan apik. Komposisi warna pun disajikan dengan baik.

Dalam menonton film ini mungkin banyak hal yang menjadi kontroversi terutama hubungan Minnie yang masih berumur 15 tahun dengan Monroe yang berumur 30 tahun lebih. Walau film ini menceritakan tentang remaja, tetapi mungkin tidak layak untuk ditonton oleh penonton dibawah 18 tahun. Sebab banyak adegan seksual secara softcore dan cukup mengekploitasi ketelanjangan.

Sebagai orang tua, film ini mungkin akan memberikan banyak pelajaran. Selain hal yang telah dituliskan di atas, terkait dengan lingkungan tumbuh kembang anak yang penting. Kedekatan orang tua dan anak terutama ibu juga memiliki peran yang penting. Dalam salah satu adegan, kita secara tersirat alasan keinginan Minnie untuk melakukan hubungan seksual. Dimana bahasa cinta yang dibutuhkan oleh Minnie adalah berupa sentuhan, tetapi ibunya tidak pernah menyentuhnya dengan kasih sayang. Sehingga dirinya seakan salah memahami dan menganggap berhubungan seks membuat dirinya merasa disayangi.

Kedekatan Minnie dengan Monroe juga bisa dilatarbelakangi dengan kebutuhan Minnie akan sosok seorang ayah. Minnie yang sejak kecil tidak memiliki sosok ayah yang bisa dijadikannya panutan, membuat dirinya haus akan keberadaan sosok tersebut. Hal ini yang akhirnya membuat Minnie menjadi terobsesi dengan Monroe. Selain itu dirinya juga melihat dari Ibunya yang seakan harus bersama pria untuk bisa bahagia.

Secara keseluruhan, film ini cukup layak untuk ditonton dan memberikan pesan yang cukup mendalam.

 

Adegan yang mengesankan:  

Minnie kembali ke rumahnya setelah pelarian panjang. Ibunya yang melihat Minnie menunjukkan emosi yang bercampur antara marah dan lega. Ibunya menamparnya dan kemudian memeluknya. Tamparan tersebut diberikan karena kekhawatirannya saat Minnie pergi dari rumah dan pelukan tersebut karena akhirnya dapat menemukan kembali anaknya setelah pencarian panjang.

Dalam adegan ini, kita dapat melihat semarah apapun orang tua kepada anaknya. Akan ada perasaan khawatir saat anaknya pergi dari rumah tanpa kabar. Mengingat bagaimana Ibunya amat terluka dengan kelakuan Minnie, tetapi tetap khawatir dan mencari keberadaannya.

 

Dialog mengesankan:

"She thinks she needs a man to be happy, I don't"

 

Ending:

Happy Ending

 

Rekomendasi:

Worth to watch

 

(Aluna)

 

Posting Komentar

0 Komentar