Review Film Belle (2021) Nyanyian dari Dunia yang Menyembunyikan Luka

 

Belle (Original title: Ryû to sobakasu no hime) | 2021 | 2h 1m
Genre : Anime/ Hand-Drawn Animation/ Teen Drama/ Adventure/ Animation/ Drama/ Family/ Fantasy/ Music | Negara: Japan
Director: Mamoru Hosoda| Writers: Mamoru Hosoda
Pemeran: Kaho Nakamura,Ryo Narita, Shôta Sometani
IMDB: 7.0
My Rate : 7/10

Suzu menemukan sosok yang baru pada Belle, karakternya di virtual world 'U', dunia tanpa aturan yang membebaskan penggunanya berekspresi. Namun, semua berubah saat Beast muncul dan mengacaukan segalanya.

Peringatan:

Adegan kekerasan dan kata - kata kasar

 
Sinopsis :

Suzu harus menyaksikan ibunya yang hilang dihadapannya saat menolong seorang anak yang terjebak di tengah sungai yang meluap. Bukannya terima kasih, malah ibunya mendapatkan hinaan karena dianggap 'sok pahlawan' dan bahkan meninggalkan Suzu, anaknya, sendirian di pinggir sungai. Hal ini memberikan trauma yang mendalam pada diri Suzu. Hingga membuatnya menjadi sosok yang tertutup.

Hiro, sahabat Suzu, memperkenalkannya pada aplikasi dunia virtual 'U'. Dalam dunia tersebut semua orang dapat menjadi versi yang berbeda. Dengan penggunaan avatar yang disesuaikan dengan diri mereka, serta memperlihatkan bakat terpendam yang mungkin tidak dapat ditunjukkan di dunia nyata.

Suzu pun membuat karakternya dan diberi nama Belle. Tidak ada yang mengetahui siapa Belle sebenarnya. Suzu tidak menyadari bahwa dirinya begitu cepat memperoleh popularitas di dunia tersebut karena nyanyiannya yang begitu mempesona dan menyentuh.

Ketenangan tersebut berubah saat The Beast muncul dan menimbulkan kerusuhan di U. Suzu dan Hiro mencoba untuk mencari tahu siapa The Beast yang sebenarnya. Namun, mereka malah menemukan fakta yang mengejutkan.

Akankah Suzu dapat menolong The Beast?

 

Ulasan :

Beauty and the Beast telah diceritakan berkali-kali dalam berbagai bentuk dan masa, namun melalui Belle, kisah itu lahir kembali dalam balutan modern yang lembut tanpa kehilangan keajaiban aslinya. Film ini tidak memfokuskan pada romansa antara kedua tokohnya, tetapi menggambarkan refleksi tentang identitas, trauma, dan penerimaan pada diri mereka masing - masing.

Cerita dimulai dengan penampilan memukau dari Belle dengan suara dan lirik indah dari lagu yang dibawakannya, ditengah sorak sorai penonton yang melihatnya. Sebuah adegan yang amat penting yang nantinya akan terhubung dengan akhir cerita. Karakter Suzu pun diperkenalkan dengan lembut serta trauma masa lalu yang juga diperlihatkan membangun pondasi cerita yang kuat.

Suzu yang kehilangan keberaniannya untuk bernyanyi, menemukan kembali suaranya melalui Belle, sosok digital yang dibuatnya untuk lari dari ketakutan dan lukanya. Dunia tersebut tidak hanya menjadi tempat pelarian, tetapi juga penyembuh karena kekagumanan yang tidak pernah dirasakannya sebelumnya.

Ketenangan mulai terusik ketika sosok misterius bernama The Beast muncul dan mengguncang tatanan “U”. Ia menjadi simbol dari sesuatu yang ditolak oleh masyarakat: keanehan, luka, atau sisi gelap yang tidak ingin diakui. Ironisnya, dunia yang mengaku bebas dari aturan justru cepat menghakimi yang berbeda.

Suzu yang mencoba untuk mengenal dan memahami sosok dibalik The Beast, membuat dirinya harus menghadapi dirinya sendiri. Suzu dipaksa untuk berada di dalam dilema saat dirinya harus dihadapkan pada pilihan untuk mengungkap identitasnya demi menyelamatkan Beast atau harus tetap bersembunyi dibalik topeng yang membuatnya nyaman. Ketakutan akan penolakan dan pandangan orang lain menghantui dirinya, tapi justru dari sana keberanian itu tumbuh.

Akhir cerita menghadirkan kehangatan yang menenangkan. Setiap karakter menemukan caranya untuk berdamai — dengan masa lalu, dengan luka, dan dengan diri sendiri. Meski latar belakang The Beast terasa bisa digali lebih dalam, pesan yang dibawanya tetap kuat: tidak ada penyembuhan tanpa keberanian untuk terlihat apa adanya. Penggalian latar belakang ini sebenarnya bisa meningkatkan rasa simpati dari para penonton.

Secara visual, Belle adalah simfoni warna dan cahaya. Dunia “U” digambarkan dengan keindahan yang memukau, kontras dengan kesederhanaan dunia nyata Suzu. Musiknya mengalun lembut, menyatukan emosi dan narasi tanpa berlebihan. Lagu-lagu yang dibawakan menjadi denyut nadi dari perjalanan sang tokoh — kadang lembut, kadang mengguncang, tapi selalu jujur. Beberapa adegan mungkin terasa berat bagi penonton yang sensitif terhadap warna dan cahaya berlebihan, karena intensitas visualnya yang begitu kaya dalam satu frame.

Pada akhirnya, Belle bukan sekadar reinterpretasi Beauty and the Beast, melainkan kisah tentang dua jiwa yang terluka — satu yang bersembunyi di balik suara, satu lagi di balik amarah — yang menemukan keberanian untuk saling melihat.

“Mungkin pada akhirnya, menghadapi dengan berani adalah satu-satunya cara untuk berhenti bersembunyi.”

 

Adegan yang mengesankan:  

Suzu mencoba berbicara pada Kei melalui panggilan video, tetapi Kei memberikan pernyataan yang begitu menyakitkan. Kei merasa tidak ada yang benar - benar bisa mengerti kondisinya bahkan untuk dapat menolongnya keluar dari masalah yang dihadapinya. Dialog tersebut mengingatkan kita bahwa mungkin memang tidak ada orang yang benar - benar bisa memahami keadaan dan masalah yang dihadapi seseorang. Hingga seseorang yang benar - benar tulus datang untuk membantu.

 

Dialog mengesankan:

"You can't stand over in reality but you can start over in U"

 

Ending:

Happy Ending

 

Rekomendasi:

Worth to watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar