Review Film Blank 13 (2017) – Luka, Pemaafan, dan Keheningan yang Tersisa


 

Blank 13 | 2017 | 1h 10m
Genre : Drama/Family | Negara: Japan
Director: Takumi Saitô | Writers: Kôji Hashimoto, Mitsutoshi Saijô
Pemeran: Issey Takahashi, Mayu Matsuoka, Takumi Saito
IMDB: 6.4
My Rate : 7/10

Koji harus menyelenggarakan acara pemakaman ayahnya yang muncul kembali setelah 13 tahun menghilang dan menelantarkan mereka. Kebimbangan muncul dalam hatinya dan pertanyaan yang belum menemukan jawabannya.

Peringatan:

Adegan kata kasar dan rokok

 

Sinopsis :

Koji, kakak, dan Ibunya harus tinggal dalam kesengsaraan saat ayahnya pergi begitu saja dan meninggalkan hutang yang tak terhitung nilainya. Ibunya harus melakukan beberapa pekerjaan yang berbeda dari pagi hingga malam tanpa mengenal lelah untuk menghidupi mereka. Tidak ada sedikit kabar mengenai keberadaan ayahnya.

13 tahun berlalu, Koji mendapatkan informasi mengenai keberadaan ayahnya yang ternyata sedang sakit parah dan umurnya tidak lama lagi. Rasa dendam dan luka yang dirasakan keluarganya seakan tidak dapat hilang, mereka pun memutuskan untuk mengabaikan informasi tersebut. Namun, tidak dengan Koji, dirinya mencoba untuk menemui ayahnya.

Koji dan kakaknya pun mengadakan acara pemakaman untuk sang ayah. Tamu yang datang tidak terlalu banyak berbeda dengan acara pemakaman lain yang berdekatan dengan mereka. Cerita baik di dengar mereka dari para tamu yang hadir. Hal ini menimbulkan gejolak perasaan yang bercampur aduk dalam pikiran mereka.

Akankah mereka dapat memaafkan kesalahan ayah mereka?

 

Ulasan :

Kemunculan ayah yang meninggalkanmu dengan luka yang dalam secara tiba - tiba pastinya akan menimbulkan gejolak perasaan yang berkecamuk dan sulit diuraikan. Antara ingin mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan yang dipendam selama ini, tetapi juga tidak dapat menghapus semua penderitaan yang ditinggalkan setelah kepergiannya. Blank 13 yang terinspirasi dari kisah nyata Koji Hasimoto, mencoba menghadirkan pergulatan perasaan itu ke layar.

Bagian awal film disajikan dengan amat baik. Penonton dibawa untuk melihat ketakutan, kepedihan, dan penderitaan yang dialami keluarga Koji, terutama setelah sang ayah pergi tanpa pesan. Kehidupan dan kenyataan yang semakin pelik untuk dijalani.

Konflik mulai muncul saat keluarga Koji mendengar kabar tentang keberadaan sang ayah. Gejolak batin terpancar dari masing - masing tokohnya, seakan kelibatan kepedihan masa lalu kembali dalam kehidupan mereka yang telah berusaha keras untuk baik - baik saja. Namun, kenangan indah yang dirasakan Koji dan kerinduannya membuat dirinya berani untuk mengambil langkah untuk memaafkan.

Perasaan itu semakin kompleks saat Koji mendengar kisah-kisah baik tentang ayahnya dari para tamu yang hadir di pemakaman. Selama 13 tahun menghilang, ternyata sang ayah menjalani kehidupan yang penuh kebaikan bagi orang lain. Kontradiksi ini menimbulkan kemarahan yang samar—bagaimana mungkin seseorang yang mampu menolong banyak orang justru menelantarkan keluarganya sendiri?

Penyelesaian film terasa cukup menyentuh. Kita melihat perkembangan karakter dari para tokoh utama yang seakan mulai berdamai dengan perasaannya masing - masing. Salah satu adegan menarik adalah ketika Koji mendengar pemakaman di sebelah yang ternyata dipenuhi orang-orang bayaran. Adegan itu memberi perspektif baru tentang arti kehadiran dan kejujuran dalam duka.

Penggunaan alur maju-mundur tidak membingungkan, justru membantu membangun suasana emosional. Namun, karena sebagian besar adegan berfokus di lokasi pemakaman, kisah kehidupan sang ayah hanya diceritakan lewat dialog. Hal ini membuat emosi yang seharusnya lebih kuat menjadi agak meredam. Akan lebih berkesan bila sisi itu divisualisasikan.

Dari segi akting, tidak ada yang benar-benar menonjol. Karakter utama tidak mendapat ruang cukup untuk memperlihatkan perkembangan emosionalnya, karena fokus film sempat beralih ke karakter pendukung dengan porsi dialog berlebihan. Meski begitu, secara teknis film ini cukup rapi: pergerakan kamera, transisi, serta pemilihan musik berhasil membangun suasana yang sedih dan penuh penyesalan.

Blank 13 bukan hanya menceritakan amarah dan dendam, tetapi juga penerimaan dan memaafkan. Kenangan indah dan buruk yang dilalui tidak dapat diulang kembali. Namun, semuanya meninggalkan jejak yang sulit dihilangkan. Meski demikian, keberanian untuk menerima semuanya sebagai pelajaran hidup menjadi suatu hal yang berarti.

"Memaafkan bukan berarti mengalah, tetapi memberikan ketenangan pada diri sendiri."

 

Adegan yang mengesankan:  

Koji memutuskan untuk datang ke rumah sakit untuk menemui ayahnya pertama kali setelah 13 tahun perpisahan. Kecanggungan amat terasa di antara mereka. Ekspektasi mengenai ayahnya yang mungkin telah berubah dan merasa bersalah meninggalkan mereka, terlihat dengan jelas dari tatapan Koji. Namun, ekspektasi tersebut seakan hanya menjadi sumber kekecewaan yang baru.

 
Dialog mengesankan:

"Aku benci dia sampai mati, sekarang dia telah mati"

 

Ending:

Sad Ending

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 

Posting Komentar

0 Komentar