Review Film Incantation (2022) – Kutukan yang Menyusup ke Dalam Keyakinan

 

Incantation (Original title: Zhou) | 2022 | 1h 50m
Genre : Horror/Mystery| Negara: Taiwan
Director: Kevin Ko| Writers: Che-Wei Chang, Kevin Ko
Pemeran: Hsuan-yen Tsai, Sin-Ting Huang, Ying-Hsuan Kao
IMDB: 6.3
My Rate : 7/10

Li Ronan melakukan berbagai macam cara untuk menyelamatkan nyawa anaknya dari kutukan yang menimpanya enam tahun lalu akibat tidak mengindahkan peringatan dari sekelompok pemuja misterius. Pilihan sulit harus dihadapinya termasuk dengan membahayakan nyawanya.

Peringatan:

Adegan kekerasan, kata kasar, bunuh diri

 

Sinopsis :

Li Ronan melakukan perjalanan ke keluarga kekasihnya yang memiliki tradisi yang sangat aneh. Bertiga dengan kekasih dan rekannya, mereka mencoba untuk melakukan penelusuran misteri. Namun, penelusuran tersebut mengakibatkan mereka melanggar ketentuan dan kehilangan nyawa seluruh anggota keluarga. Hanya Ronan yang berhasil selamat dari kejadian tersebut.

Saat kejadian itu terjadi, Ronan sedang mengandung anak dari kekasihnya. Kekhawatiran Ronan bahwa kejadian tersebut akan mempengaruhi hidupnya membuat dirinya memilih meninggalkan anaknya di panti asuhan yang dikelola oleh Ming. Enam tahun berlalu, Ronan yang mulai berdamai dengan keadaan, mencoba untuk merawat kembali anaknya tersebut tanpa tahu kejadian buruk yang telah menantinya.

Kutukan itu kembali, kesehatan anaknya semakin hari semakin menurun. Bahkan Ming mengira bahwa Ronan merupakan ibu yang tidak becus mengurus anaknya. Tidak ada satupun yang percaya dengan apa yang diceritakan oleh Ronan, termasuk dengan psikolognya yang mengatakan bahwa semua itu hanya ada dalam pikirannya.

Akankah Ronan berhasil menyelamatkan anaknya?

 

Ulasan :

Bayangkan jika kamu harus hidup seumur hidup dibayangi kutukan yang tak terlihat, terus menghantui tanpa henti. Bisakah kamu tetap hidup dengan tenang? Incantation, terinspirasi dari insiden nyata di Gushan District, Kaohsiung pada tahun 2005—kisah tentang sebuah keluarga yang merasa dirasuki oleh roh jahat—mengajak penonton menyelami batas antara kepercayaan, dosa, dan cinta seorang ibu. Film ini tidak hanya menampilkan kengerian, tetapi juga kehangatan dan kemanusiaan yang lahir dari rasa takut.

Semua hal di dalam film ini adalah fiksi, namun kekuatannya terletak pada kemampuannya membuat kita percaya. Imajinasi dan modifikasi dari berbagai kepercayaan masyarakat disajikan dengan sangat meyakinkan. Dibuka dengan adegan hitam putih dan narasi dari Ronan yang diiringi suara misterius, film ini langsung menciptakan atmosfer yang menegangkan dan penuh rasa ingin tahu. Latar belakang cerita dibangun dengan kokoh—narasi Ronan memberi pondasi yang kuat bagi perjalanan film, sekaligus memperkenalkan karakter dengan ritme yang mengalir.

Penggunaan alur maju-mundur sebenarnya menjadi pilihan yang tepat untuk memperkuat misteri, namun transisi antarwaktu yang kurang jelas bisa menimbulkan kebingungan bagi penonton. Kita harus benar-benar fokus untuk menyatukan potongan-potongan kisah seperti menyusun serpihan puzzle yang berserakan—sebuah tantangan sekaligus daya tarik tersendiri.

Ketegangan mulai muncul saat kutukan tersebut menunjukkan rupanya. Gangguan demi gangguan menimpa Ronan dan anaknya. Konflik internal dalam diri Ronan cukup terlihat antara tidak ingin mempercayai hal tersebut, tetapi juga meyakininya. Konflik lain muncul saat orang - orang mulai ikut campur dalam urusan tersebut. Kegelapan dan trauma masa lalu pun kembali muncul ke permukaan.

Setelah konflik yang begitu intens, penyelesaian film terasa menyentuh dalam keheningannya. Ronan mulai berdamai dan menerima kenyataan yang benar terjadi. Mencari cara untuk menyelamatkan anaknya termasuk dengan menghadapi ketakutannya sendiri. Setiap misteri perlahan dijelaskan tanpa kehilangan nuansa tragisnya.

Dari sisi teknis, akting para pemain terasa meyakinkan. Nada bicara, ekspresi, dan gestur di tiap adegan membangun emosi yang kuat. Musik dan komposisi warna berpadu sempurna menciptakan suasana mistis yang mencekam, terutama pada momen ketika mantra-mantra dilantunkan—membuat bulu kuduk berdiri. Namun, penggunaan kamera dari sudut pandang found footage meski unik, terkadang terasa tidak logis; para tokoh terlihat terlalu fokus pada kamera bahkan di tengah situasi genting, seolah lupa pada bahaya yang mengancam.

Beberapa adegan juga menyisakan pertanyaan, seperti saat Ronan meminta bantuan kepada penonton melalui rekaman video—padahal jelas video itu bukan live streaming. Atau ketika Ming mengirim video padahal ia telah meninggal. Detail seperti ini menciptakan plot hole yang cukup mengganggu, meski tidak sampai merusak kekuatan tematik film.

Secara keseluruhan, Incantation adalah film yang berhasil memadukan ketakutan spiritual dengan drama kemanusiaan. Ia bukan hanya cerita tentang kutukan, tetapi juga tentang konsekuensi, keyakinan, dan kasih seorang ibu yang berani menghadapi kegelapan demi melindungi anaknya.

“Akan ada konsekuensi atas setiap tindakan—dan terkadang, yang paling menakutkan bukanlah makhluk jahat, melainkan dosa yang kita abaikan.”

 

Adegan yang mengesankan:  

Ronan mengetahui bahwa kebersamaannya dengan sang anak hanya akan membuat anaknya dalam bahaya. Dirinya membuat sebuah video sebagai bentuk perpisahan, dimana dalam video tersebut Ronan meminta anaknya untuk menjalani hidup baru. Melupakan dirinya dan juga nama yang diberikannya.

Dalam adegan ini, kita tidak hanya melihat cinta seorang ibu, tapi juga penebusan. Ronan menyadari bahwa cintanya sendiri bisa menjadi sumber bahaya bagi anaknya — dan dalam kesadaran itulah, ia memilih untuk mundur, bukan karena menyerah, tapi karena ingin memberi kesempatan bagi anaknya untuk bebas dari bayangannya. Perpisahan itu menjadi bentuk kasih yang paling menyakitkan, namun juga paling murni.

 

Dialog mengesankan:

"That you decide how your world is shaped"

 
Ending:

Sad Ending

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar