Love Like the Falling Petals
(Original title: Sakura no yôna boku no koibito) | 2022 | 2h 8m
Genre
: Drama/Romance | Negara: Japan
Director:
Yoshihiro Fukagawa |
Writers: Keisuke Uyama,
Tomoko Yoshida
Pemeran: Kento Nakajima, Honoka
Matsumoto, Kento Nagayama
IMDB: 6.6
My
Rate : 8/10
Cintanya kepada Misaki dan kegigihan Misaki untuk menggapai impiannya, membuat Haruto kembali bersemangat untuk mewujudkan impiannya menjadi Fotographer. Namun, cinta mereka harus diuji ketika Misaki tiba - tiba menderita penyakit langka yang membuatnya tua dengan cepat.
Peringatan:
Adegan
seksual, bunuh diri, dan kata kasar
Sinopsis :
Haruto
jatuh cinta dengan Misaki yang bekerja sebagai hairdresser dan mencoba
mendekatinya. Kesalahpahaman terjadi saat Misaki mengira Haruto bekerja sebagai
seorang photographer. Namun, Haruto akhirnya mencoba untuk kembali menggapai
mimpinya setelah mendapat penolakan dari Misaki yang kecewa dengan kebohongannya.
Haruto bertekad untuk mewujudkan mimpinya dan kembali mencoba mendapatkan cinta
Misaki.
Setelah
beberapa lama menghilang, Haruto kembali muncul dan menyatakan cintanya.
Hubungan percintaan mereka pun terlihat begitu bahagia. Hingga Misaki
mendapatkan kenyataan pahit dimana dirinya menderita penyakit yang membuatnya
tua dengan cepat.
Tidak
ingin membuat Haruto sedih dan khawatir. Misaki memutuskan hubungan mereka
secara sepihak dan tanpa memberikan penjelasan. Misaki berpura - pura kembali
menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya. Hal ini membuat Haruto kecewa dan
sedikit mempengaruhi pekerjaannya.
Akankah
hubungan mereka akan berakhir dengan bahagia?
Ulasan
:
Bayangkan jika dalam sekejap kamu
menua, dan kehidupan yang dulu begitu indah perlahan hancur di hadapanmu. Tidak
ada masa depan yang bisa direncanakan, tidak ada waktu untuk menunggu. Love
Like the Falling Petals, yang diadaptasi dari novel karya Keisuke Uyama,
menyajikan bentuk cinta yang berbeda—indah seperti bunga sakura, tapi cepat
gugur. Sebuah kisah romansa yang sederhana namun melampaui ekspektasi.
Bermula
dari pertemuan tidak sengaja yang membuat rasa cinta itu muncul antara kedua
tokoh utama. Dari sanalah
hubungan mereka berkembang, mendorong keduanya untuk menjadi versi terbaik dari
diri masing-masing. Misaki terus berjuang menjadi penata rambut profesional,
sementara Haruto mulai menapaki dunia fotografi dengan segala kesulitannya.
Semangat mereka untuk mengejar mimpi menjadi jembatan yang menghubungkan hati,
menghadirkan kedekatan yang terasa tulus.
Meski perkembangan hubungan mereka
disajikan melalui potongan-potongan adegan singkat, emosi di antara keduanya
tetap dapat dirasakan. Hingga konflik yang tidak diperkirakan muncul.
Misaki yang memiliki masa depan yang cerah harus dihadapkan pada penyakit
langka yang membuat umurnya tidak lama lagi, ditambah dengan penampilannya yang
terlihat makin tua. Gejolak perasaan terlihat dengan jelas pada Misaki,
keinginannya untuk bersama Haruto harus dilupakannya, bahkan kemunculan dirinya
mulai merasakan iri saat melihat kecantikan dari tunangan kakaknya.
Film ini menghadirkan banyak momen
yang menyentuh dan membuat hati bergetar. Memang, representasi penyakitnya agak
menyimpang dari realitas medis, tetapi detail tersebut mudah dimaafkan karena
pesan emosionalnya jauh lebih besar.
Akhir film terasa menyayat namun
lembut. Kesalahpahaman perlahan terurai, dan penyesalan muncul di saat yang
paling tak terduga. Kita melihat karakter-karakter yang mulai berdamai dengan
takdir, menerima kehilangan dengan cara yang hening namun jujur.
Akting
yang mempesona menjadi kekuatan yang
besar dari fil ini. Terutama dengan adegan yang menyentuh, tangisan dan
teriakan yang menyayat dari Kento Nakajima menjadi adegan yang amat berkesan. Tangis
Haruto bukan hanya milik karakter, tetapi juga menjadi gema bagi setiap
penonton yang pernah takut kehilangan. Pemeran lain pun bermain dengan proporsional, menjaga keseimbangan
suasana hingga akhir.
Secara
teknis, pemilihan lagu yang berhasil membangun suasana yang sesuai dengan tiap
adegannya. Pemilihan komposisi warna yang memiliki tingkat kecerahan tinggi
seakan menggambarkan suasana musim semi yang tepat dan menyentuh. Pengambilan
gambar juga dilakukan dengan amat baik.
Sayangnya,
film ini memanjakan mata
dengan warna-warna cerah yang merepresentasikan musim semi, seolah
menggambarkan harapan yang perlahan memudar. Musiknya pun berpadu indah dengan
suasana—lembut, sendu, namun menenangkan. Satu hal yang mungkin terasa kurang
adalah transformasi fisik Misaki yang tidak divisualisasikan dengan cukup kuat.
Mungkin sang sutradara sengaja menyimpannya sebagai kejutan, tetapi hasilnya
membuat penonton sulit benar-benar merasakan penderitaannya.
Secara keseluruhan, Love Like the
Falling Petals adalah kisah tentang ketulusan cinta yang tak bergantung pada
waktu, rupa, atau keadaan yang merupakan pondasi penting dalam menjalin
sebuah hubungan.
"Cinta harusnya tidak hanya sebatas apa yang dilihat dengan mata, tetapi yang dirasakan dengan hati"
Adegan yang mengesankan:
Saat mengetahui bahwa tempat rehabilitasi yang mereka datangi hanyalah penipuan, perasaan campur aduk mulai menguasai Takashi. Ia merasa bersalah karena tak mampu melakukan apa pun untuk membantu penyembuhan Misaki. Padahal, Takashi telah berusaha sekuat tenaga — mencari tempat rehabilitasi, mengantarkan Misaki bahkan dengan menggendongnya melewati jalan yang tak bisa dilalui kendaraan, hingga hampir mengorbankan rencana pernikahan dan hubungannya dengan sang tunangan.
Dalam kehidupan nyata, kita pun
sering merasa tidak cukup membantu seseorang yang sedang terluka. Terkadang,
hasilnya tak sesuai harapan, dan akhir yang datang terasa tak adil. Namun,
bukan berarti semua usaha itu sia-sia. Sebab dalam setiap langkah dan niat
tulus yang kita berikan, selalu ada makna — meski tak selalu berujung pada
keajaiban, kadang cukup dengan kehadiran yang setia.
Dialog mengesankan:
"What do you want to do with your life?"
Ending:
Sad
Ending
Rekomendasi:
Worth
to Watch
(Aluna)

0 Komentar