The Night Beyond the Tricornered
Window (Original title: Sankaku mado no sotogawa wa yoru) | 2021| 1h 42m
Genre
: Horror/ Mystery/ Romance/ Thriller | Negara: Japan
Director:
Yukihiro Morigaki|
Writers: Tomoko Aizawa
Pemeran: Masaki Okada, Jun Shison,
Yurina Hirate
IMDB: 5
My
Rate : 7/10
Pertemuan Kosuke dengan Rihito, seorang exorcist, memberikan perubahan besar dalam hidupnya. Kemampuan Kosuke untuk melihat hantu membuatnya terseret dalam kasus-kasus berbahaya bersama Rihito—hingga masa lalu kelam yang seharusnya terkubur mulai kembali menuntut jawaban.
Peringatan:
Terdapat
adegan kekerasan dan kata - kata kasar
Sinopsis :
Kosuke
mengalami kesulitan karena kemampuannya yang dapat melihat para hantu.
Kemampuannya ini membuat dirinya terasingkan sejak kecil dan menimbulkan trauma
yang cukup dalam. Kosuke memilih untuk menyembunyikan kemampuan tersebut dan
menganggap apa yang dilihatnya hanyalah ilusi belaka. Hingga dirinya bertemu
dengan Rihito.
Rihito
adalah seorang exorcist yang tugasnya untuk membantu para roh gentayangan
tersebut pergi ke alam baka. Rihito dapat melihat keberadaan roh tersebut
dengan lebih baik, saat dirinya bersentuhan dengan Kosuke. Kosuke akhirnya
bekerja bersama dengan Rihito untuk menyelesaikan berbagai macam kasus,
termasuk kasus kematian misterius yang terjadi pada beberapa orang secara acak.
Kasus
tersebut membuka misteri baru, bukan hanya mengenai roh tetapi juga kutukan
yang berbahaya. Rihito ingin menghindari hal tersebut dan merasa itu bukan
ranahnya, tetapi Kosuke bersikukuh untuk masuk lebih dalam ke kasus tersebut.
Kesalahpahaman pun terjadi di antara mereka, mempengaruhi hubungan mereka dan
juga membuka masa lalu kelam dari masing - masing.
Akankah
mereka berhasil memecahkan kasus berbahaya tersebut?
Ulasan :
Jika kamu memiliki kemampuan untuk
melihat roh gentayangan, apakah kamu akan merasa takut seperti Kosuke, atau
justru memanfaatkannya seperti Rihito? The Night Beyond the Tricornered Window,
adaptasi dari manga Sankaku Mado no Sotogawa wa Yoru karya Tomoko Yamashita,
mencoba menunjukkan bahwa kemampuan unik tidak selalu harus disembunyikan.
Terkadang, ia bisa menjadi jalan untuk membantu—atau menemukan diri sendiri.
Nilai film ini di IMDb memang tidak
terlalu memuaskan. Salah satu alasannya, dari ulasan yang saya baca,
kemungkinan karena sebagian penonton datang dengan ekspektasi bahwa film ini
membawa unsur BL yang kuat, padahal tidak. Ketidaksesuaian ekspektasi itulah
yang akhirnya menimbulkan rasa kecewa, karena film ini sebenarnya lebih
menekankan pada ketegangan, kerja sama, dan perjalanan psikologis kedua
tokohnya dibanding hubungan romantis.
Premisnya dibangun dengan cukup
solid. Pengenalan karakter dilakukan lewat situasi misterius yang langsung
menunjukkan kemampuan mereka masing-masing. Chemistry dan keterhubungan antara
Rihito dan Kosuke pun terlihat sejak awal. Hanya saja, pondasi cerita terasa
sedikit terburu-buru karena alur terlalu cepat masuk pada konflik inti dan
kemunculan antagonis. Padahal, akan lebih memuaskan jika penonton diberi waktu
menikmati dinamika keduanya melalui kasus yang lebih beragam, sehingga kekuatan
kemampuan mereka terasa lebih menonjol.
Konflik eksternal yang berkaitan
dengan roh dan kutukan justru kurang menggigit. Ketegangan horornya tidak
sedalam yang diharapkan. Namun, konflik internal tampil jauh lebih kuat.
Trauma, masa lalu yang membebani, dan pertarungan batin masing-masing karakter
menjadi sisi paling berkesan dari film ini. Di sinilah film benar-benar hidup:
ketika para tokohnya berhadapan dengan diri mereka sendiri.
Penyelesaian cerita ditutup dengan
cukup baik. Potongan-potongan misteri mulai tersusun dan perkembangan karakter
terlihat jelas. Ending-nya pun meninggalkan rasa penasaran yang manis, seakan
pintu lain baru saja terbuka. Hanya saja, asal-usul kultus yang menjadi inti
konflik seharusnya dapat diberikan penjelasan lebih mendalam agar alur terasa
utuh.
Akting para pemain terlihat natural
dan efektif. Namun karakter Kosuke kadang terasa inkonsisten—mengatakan ingin
menjauh dari bahaya, tetapi justru mengambil langkah impulsif tanpa rencana
jelas. Salah satunya saat dirinya secara impulsif mendatangi tempat tabungan
roh seperti mengindahkan peringatan bahaya yang disampaikan Rihito. Bahkan
dirinya membuat Erika dalam bahaya. Kontradiksi ini membuatnya tampak kurang
matang sebagai tokoh utama.
Di balik dinamika karakter tersebut,
aspek teknis film turut memberi warna pada pengalaman menontonnya. Pergerakan
kamera, komposisi warna, dan efek visual yang digunakan untuk peralihan dunia
nyata ke dunia roh terasa meyakinkan. Musik juga membantu membangun suasana dan
ketegangan di beberapa adegan kunci.
Pada akhirnya, film ini bukan
sekadar tontonan penuh misteri. Ia juga mengingatkan kita bahwa kelebihan yang
tampak “aneh” di mata orang lain bukan berarti harus disembunyikan. Terkadang
justru hal itulah yang bisa menjadi senjata, selama dijalani dengan cara yang
baik dan diterima sepenuhnya sebagai bagian dari diri kita.
Adegan yang mengesankan:
Demi menjawab pertanyaan Kosuke
mengenai orang seperti apa dirinya, Rihito membawa Kosuke untuk menyaksikan
potongan masa lalunya. Dalam ruangan tersebut, Rihito kecil terlihat duduk
sendiri melihat ke dalam binocular miliknya yang merupakan hadiah dari ibunya.
Kemampuan yang dimilikinya membuat dirinya diperlakukan secara berbedahingga
perlahan kesepian itu menelan arah hidupnya. Adegan ini menyiratkan bahwa sejak
awal, tak ada yang benar-benar memberi Rihito kesempatan untuk mengenal siapa
dirinya.
Dalam hidup, pencarian jati diri
tidak berhenti pada usia tertentu. Kita dibentuk oleh pengalaman yang datang
bertahap—termasuk luka yang enggan kita akui. Setiap goresan dan kegagalan
perlahan menyusun gambaran tentang diri kita, hingga suatu hari kita mulai
memahami tujuan yang sebenarnya ingin kita kejar.
Dialog
mengesankan:
"Selama kau bersamaku, kau tidak akan takut"
Ending:
Clifhanger
Rekomendasi:
Worth
to Watch
(Aluna)

0 Komentar