Review Film The Parades (2024) - Kisah yang Belum Usai

 

The Parades | 2024 | 2h 12m
Genre : Drama | Negara: Japan
Director: Michihito Fujii | Writers: Michihito Fujii
Pemeran: Masami Nagasawa, Kentarô Sakaguchi, Ryûsei Yokohama
IMDB: 6.6
My Rate : 8/10

Minako mencari keberadaan anaknya setelah bencana Tsunami melanda, hanya untuk mengetahui bahwa dirinya telah tewas. Pencarian tidak berhenti, Minako bergabung dengan para roh lainnya dalam parade pencarian orang terkasih mereka. 

Peringatan:

Terdapat adegan bunuh diri, rokok, dan alkohol

 

Sinopsis :

Minako terbangun dalam keadaan kebingungan setelah bencana Tsunami menimpanya. Ingatan tentang anaknya membuat dirinya langsung berlari untuk memastikan keselamatan sang anak. Namun, tidak ada satu pun yang menanggapi pertanyaannya, hingga Minako berusaha mencarinya sendiri dalam puing - puing dengan kebingungan.

Minako pun bertemu dengan Akira yang saat itu sedang berkeliling dengan mobilnya. Akira membawanya ke sebuah taman hiburan yang disana terdapat beberapa orang lainnya. Minako akhirnya menyadari bahwa dirinya telah mati dan begitu pula dengan orang - orang lainnya yang ada di tempat tersebut. Mereka bisa ada disana karena memiliki urusan yang belum selesai.

Minako akhirnya dapat menerima kenyataan. Namun, pencarian tidak dihentikan. Mereka berusaha untuk saling membantu menyelesaikan urusan duniawi mereka.

Akankah arwah mereka bisa pergi ke alam baka dengan tenang?

 

Ulasan :

Bayangkan rohmu tertahan di dunia hanya karena ada sesuatu yang belum sempat kau selesaikan. The Parades menggambarkan hal ini dengan lembut sekaligus menyayat. Para roh berkumpul, bukan untuk menakuti, melainkan untuk saling membantu melepaskan beban: penyesalan, cinta yang tertinggal, atau kata-kata yang tak pernah terucap.

Film ini dibuka dengan adegan indah Minako dan anaknya bermain di pantai—komposisi warna yang terang seolah menenangkan. Namun ketenangan itu runtuh seketika. Atmosfer berubah, warna memudar, dan musik menjadi muram, menuntun penonton pada premis yang ingin dibangun sejak awal.

Kepanikan Minako menjadi pusat perhatian sebelum perlahan tokoh-tokoh lain hadir: Akira dan para roh yang menghuni taman hiburan. Taman hiburan yang terlihat seperti taman hiburan pada umumnya, nyata dengan segala suasananya yang hidup. Latar belakang mereka diperlihatkan secara bergantian, menguatkan pondasi cerita tanpa menggeser Minako dari peran utamanya.

Konflik tidak disajikan secara frontal. Penonton justru diajak menyelami kegamangan batin para tokohnya—konflik internal yang menggores perlahan, seperti luka lama yang mulai dihadapi. Setiap roh mencoba berdamai dengan perasaan mereka sendiri, membuat perjalanan ini terasa lebih personal dan manusiawi.

Menjelang akhir, muncul sebuah twist kecil melalui kedatangan roh terakhir. Kehadirannya membuka keterhubungan tersembunyi yang menambah lapisan emosional pada cerita. Adegan penutupnya cukup menyentuh, terlebih dengan tayangan after-credit yang memperlihatkan kenangan sederhana para roh sebelum mereka berpisah satu per satu. Manis dan pahit dalam satu tarikan napas.

Dari sisi akting, para pemain tampil memukau. Dialog, ekspresi, hingga gesture kecil terasa tulus. Transisi antar kisah juga halus, didukung pergerakan kamera, palet warna, dan musik yang berhasil membangun suasana seolah kita ikut berdiri di ruang sunyi para roh—merasakan duka mereka, sekaligus duka orang-orang yang ditinggalkan.

The Parades bukan sekadar cerita tentang arwah yang belum pergi, tetapi pengingat lembut bahwa hidup harus dijalani dengan sepenuh hati—agar nanti, ketika waktunya tiba, kita tidak meninggalkan sesal yang membelenggu.

 
Adegan yang mengesankan:  

Setiap adegan dimana para roh menyelesaikan urusan duniawi mereka untuk bisa pergi ke alam baka, merupakan adegan yang mengesankan. Setiap roh membawa beban yang berbeda dan tiap momen tersebut menunjukkan sisi manusiawi mereka. Hal ini memberikan pelajaran bahwa setiap orang, bahkan yang telah tiada, menyimpan cerita yang mungkin tidak terlihat tetapi amat membekas.

 
Dialog mengesankan:

"I wonder if things would've been different if we met when we were alive"

 

Ending:

Happy Ending

 
Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar