Review Serial Cinderella Closet (2025) - Kisah Tentang Menerima Diri dan Cinta yang Tulus

 

Cinderella Closet | 2025 | 12 Episode
Genre : Drama/Romance | Negara: Japan
Pemeran: Ichika Osaki, Reo Matsumoto, Rintarô Hachimura
IMDB: 7.4
My Rate : 7/10

Haruka menemukan kepercayaan diri dan keberanian untuk menjadi dirinya sendiri setelah bertemu dengan Hikaru, crossdresser dan juga penata gaya, yang membantunya berubah bukan hanya penampilan tetapi juga hati. 

Peringatan:

Terdapat adegan sensual, kata kasar, dan minuman keras

 

Sinopsis :

Haruka merupakan gadis yang tomboy dan tidak terlalu memperhatikan penampilan. Namun, saat salah satu rekan kerjanya, Keisuke, mengajaknya untuk makan bersama di hari ulang tahunnya, Haruka merasa harus tampil menawan di hadapannya. Pertemuan Haruka dan Hikaru bagaikan sebuah takdir yang tidak terencana.

Hikaru, seorang pria yang pintar menggunakan make up dan seorang crossdresser, tidak sengaja bertemu dengan Haruka dan memutuskan untuk membantunya. Haruka awalnya tidak mengetahui bahwa Hikaru adalah seorang pria. Namun, saat fakta tersebut muncul dipermukaan, Haruka tidak berubah dan tetap menganggap Hikaru sebagai orang yang amat penting dalam hidupnya. Haruka tidak mengetahui bahwa Hikaru diam - diam menaruh perasaan padanya.

Perasaan Haruka mulai bimbang saat kemunculan Mio, mantan pacar Keisuke dan juga Shu, rekan kerja Hikaru. Keisuke seakan menjadi sosok yang berbeda saat bersama Mio dan sedikit menimbulkan rasa cemburu di hatinya. Namun, kedekatan Shu dan Hikaru juga menumbuhkan percikan api cemburu yang berbeda, seakan ada rasa takut akan kehilangan.

Apakah hubungan Haruka dan Hikaru akan berubah?

 

Ulasan :

Bayangkan jika Cinderella jatuh cinta dengan ‘Ibu Peri’ yang membantunya menjadi tuan putri. Melalui Cinderella Closet, kita diajak melihat kisah klasik dari sudut pandang yang berbeda. Film ini bukan sekadar cerita cinta klise tentang putri yang ingin mendapatkan pangeran, tetapi juga tentang pencarian jati diri, kejujuran hati, dan penerimaan. Menjadi cantik bukan hanya untuk orang lain, tetapi lebih penting jika dilakukan untuk diri sendiri.

Cerita dimulai dengan Haruka, sosok tomboy dengan berbagai impian setelah lulus sekolah. Namun, hidupnya tak seindah yang dibayangkan; impiannya untuk menjadi mahasiswa yang lebih modis dan menarik terhalang oleh realitas keras sebagai pekerja paruh waktu. Hingga suatu hari, sosok pangeran, Keisuke, hadir dalam hidupnya.

Pertemuan antara Hikaru dan Haruka disajikan secara natural, mengalir dengan baik sambil memperlihatkan latar belakang masing-masing tokoh. Hal ini menjadi pondasi kuat bagi keseluruhan cerita. Konflik mulai muncul saat perasaan mulai bermain: Haruka yang sibuk meminta bantuan Hikaru untuk menarik perhatian Keisuke, sementara Hikaru menyembunyikan rasa sukanya karena merasa tak pernah dianggap laki-laki di hadapan Haruka. Terlebih Haruka yang tidak memiliki kepekaan terhadap perasaan Hikaru.

Lapisan konflik lain muncul dari tekanan orang tua Hikaru yang memperlihatkan sisi lemah dari Hikaru yang terlihat penuh percaya diri. Kemunculan Mio, masa lalu Keisuke, membuat Haruka kehilangan kepercayaan dirinya. Ditambah dengan kemunculan Shu,rekan kerja Hikaru yang menimbulkan perasaan takut kehilangan pada Haruka.

Semua ketegangan itu teramu dengan apik, memberikan keseimbangan antara romansa, persahabatan, dan pertumbuhan pribadi para tokoh. Film ini menunjukkan bagaimana konflik internal dan eksternal membentuk karakter mereka, membuat penonton ikut merasakan kebimbangan dan ketidakpastian yang mereka alami.

Bagian akhir memperlihatkan perkembangan karakter yang jelas: keterbukaan dan kejujuran pada diri sendiri menjadi penutup yang diharapkan. Meski durasi penyelesaian terasa lebih cepat dibandingkan pembangunan cerita dan konflik, pesan yang disampaikan tetap kuat. Kecantikan sejati bukan sekadar penampilan luar, tetapi pancaran dari dalam diri, yang akan terlihat oleh orang yang tepat tanpa kita harus memaksakan diri.

Secara keseluruhan, Cinderella Closet adalah tontonan ringan namun bermakna, cocok untuk akhir pekan. Akting para pemain menawan, chemistry terbangun dengan baik, dan penggunaan make up serta pakaian sesuai tanpa terasa berlebihan. Namun, masih ada ruang untuk mengeksplorasi kedalaman cerita agar lebih melekat di hati penonton.

Pada akhirnya, film ini mengingatkan kita: kecantikan dan cinta bukan tentang mengubah diri demi orang lain, melainkan tentang mengenali dan menerima diri sendiri.

"Tidak perlu berubah hanya untuk mendapatkan cinta dari orang lain, tapi berubahlah karena kau ingin berubah."

 

Adegan yang mengesankan:  

Adegan di Episode 10 dimana Haruka akhirnya memilih untuk mengutarakan perasaannya kepada Hikaru, meski dirinya mengetahui risiko yang akan terjadi jika perasaannya ditolak. Kejadian ini sering terjadi di masyarakat dan dikenal dengan istilah 'Friendzone' dimana rasa suka timbul antara sahabat tetapi ragu untuk diungkapkan. Sebab jika perasaan itu ditolak, maka akan ada kecanggungan antara keduanya. Namun, tidak ada salahnya untuk jujur dan mencoba mengungkapkan apa yang dirasakan. Sebab hubungan itu bukan hanya perkara cinta, tetapi kenyamanan.

 
Dialog mengesankan:

"You don't date or marry someone for their abilities. It's for their company"

 

Ending:

Happy Ending

 

Rekomendasi:

Worth to Watch

 

(Aluna)

 


Posting Komentar

0 Komentar